Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Rumah mewah tiga lantai

Apa itu pertigaan malam? Kalimat dengan kata-kata "pertigaan malam" sering kali kutemukan dalam cerita-cerita fiksi. Sepertinya menarik menggunakan kata-kata itu. Mari kita gunakan. Pertigaan malam menjadi waktu yang tepat untuk duduk di teras rumah, ditemani petikan gitar dari  pemutar musik ponsel dan segelas anggur merah. Berharap mendapatkan kehangatan dari dinginnya pertigaan malam. Hal yang bisa dimainkan selanjutnya adalah pikiran kita sendiri. Kadang dapat dikontrol, tidak jarang juga dibiarkan diluar kendali. Memikirkan hari esok atau hari lalu, kenangan baik atau kenangan menyebalkan, tertawa dan sesal. Lalu entah bagaimana kenangan aku di dalam taksi, sengaja melewati rumah mewah tiga lantai itu lewat dari pikiranku. Andai saja waktu itu aku punya sedikit saja keberanian untuk turun dari taksi, mendapati pria yang baru saja melewati pagar untuk masuk, atau berbicara pada perempuan di tangga menuju teras rumah, atau mencegat wanita tua dengan motor tua yang baru aka

Mantan yang ke berapa?

Menghitung jumlah mantan pacar mungkin bukan hal aneh. Tapi memastikan orang yang mana yang menjadi mantan ke berapa? Serius? Sepenting itu? Aneh sekali! Kemudian dia mengatakan, "Lihat saja kalau kau bertemu mantanku, kau pasti bertanya mantan yang keberapa ?" Seketika pupil mataku membesar. Apa yang baru dia katakan? Tidak masuk akal! Hal itu adalah hal yang tak pernah kupikirkan sama sekali. Dia melanjut, "Iya, Risa waktu ketemu mantanku dan kenalan pasti bertanya seperti itu mantan yang keberapa? Adelia juga melakukan hal yang sama". Risa dan Adelia juga adalah dua dari sekian banyak mantan yang dia miliki. Ada bangga dikalimat itu. Yang sampai saat ini tidak bisa kutelaah untuk apa pertanyaan seperti itu dilontarkan. Maksudku ketika aku menjadi pacar seseorang lalu bertemu dan dikenalkan dengan mantannya, mungkin yang kulakukan adalah menjabat tangannya, tersenyum mengucapkan hai dan menyebutkan nama. Menyebutkan nama pun bukan menjadi hal utama. Hanya

Yang penting, "Jangan nyerah!"

 Halo Overthinking-nya dikontrol dong Masa bisa tiba-tiba badmood sendiri dan jadi ngusik orang lain Ini perkara overthinking sendiri loh Kalo ga diri sendiri yang kontrol, siapa lagi? Banyak overthinking yang sebenarnya ga perlu loh Kebanyakan yang terlalu dipikirkan itu ya hal yang ga pernah terjadi Atau Kalau ada yang mengganjal di hati dan pikiran dibicarakan saja Jangan terlalu memikirkan respon yang diberikan lawan bicara seperti apa Jadi overthinking-kan? Yang rugi siapa? Diri sendiri! Hidup emang ga bisa selalu enjoy Ga bisa selalu diajak selow aja Marah-marah didalam hati sendiri juga bagian overthinking tau Kalau mau dilampiaskan, cari tau sumber marahnya Dan gimana solusinya Jangan makan hati dengan marah-marah dalam hati sendiri Dan Ga semua orang bernasib sama denganmu Banyak orang yang hidupnya jauh lebih menyenangkan darimu tapi ada juga yang sebaliknya Perbedaannya adalah bagaimana orang melihat dan menghadapi situasi yang ada Kalau pikiran tenang, pasti berpikir bisa l

Aku ingin sekali membencimu.

Aku ingin sekali membencimu. Aku tidak tau kenapa, hanya saja ingin melakukannya. Sayangnya aku bukan pembenci. Aku malah menjadi kesal pada diriku sendiri karena tidak bisa membencimu. Alasan paling masuk akal adalah karena kau meninggalkanku. Yang sebenarnya dengan begitu saja kusetujui. Hal yang tidak kau tau adalah aku menjatuhkan hatiku padamu setelah sebelumnya ada satu luka mendalam yang membuat hatiku tertutup sekian lama. Hanya saja kau tidak tau, tidak peduli atau tidak mengerti, atau mungkin karena aku tidak memberi tahunya padamu. Kini kau bersama seorang wanita lain. Yang sialnya lagi kukenal. Untung saja hingga kini hubungan kami baik. Kau memang tidak seharusnya menjadi masalah untuk kami. Hanya saja rasanya tetap ada yang mengganjal dihatiku. Seperti hal yang biasa kulakukan, aku tau kapan aku benar-benar selesai dengan seorang pria. Saat aku dan pria itu telah berpisah, lalu aku bermimpi indah tentangnya, disitulah artinya aku harus melepaskan dia. Kalau bicara melupak

bersama atau berpisah

 Aku tidak tau perjalanan hidup membawa kita kemana Apakah akan bersama atau berpisah Jika bersama, ucapkan selamat datang kepada badai yang menyambut kita di depan Mari berharap dapat melaluinya bersama Jika berpisah, mungkin aku akan merindukanmu Tapi itu hanya sementara waktu saja Aku akan baik-baik saja setelah kita tidak bersama Bukankah waktu menjadi jawaban atas setiap sakit? Bukankah, lagi, perpisahan adalah cerita lain yang membentuk kedewasaan kita?
AKU BENCI ROKOK AKU BENCI ASAP ROKOK! KENAPA HARUS MEROKOK?! Mengeluarkan uang untuk membelikanmu rokok? Oh, jauh dari pikiranku! Melakukannya sekali saya membuatku gerah Apalagi kedua kali dan seterusnya!

Sebuah doa

Doaku pernah dijawab TIDAK oleh Tuhan Saat itu aku ingin sekali jawaban YA adalah milikku Lalu aku sadar siapalah aku dibanding Dia yang menulis takdir hidup Setelah upaya menerima jawaban TIDAK itu kulakukan dan berhasil Aku mengganti kalimat didoaku Tebak? Ya, aku memperoleh jawaban YA atas doa yang kulantun tulus Saat itu aku berdoa, "Berikan aku hati yang besar dan kuat atas takdir yang harus kujalani. Aku tau itu adalah yang terbaik. Aku mau ikut mauMu" Yap, maunya Dia tidak sama denganku Tapi lagi, siapalah aku dibanding Dia yang menulis takdir hidup Aku sudah merasa hebat bisa menerima takdir yang Dia berikan Sekarang aku melantun doa lagi Sebuah harapan Sebuah doa yang dulu dijawab TIDAK oleh Tuhan, kali ini objeknya yang berbeda, Yang kuharap sekarang dapat dijawab YA Terselip doa "Aku mau ikut mauMu" beserta harapanku Kuharap kali ini takdirku beriring dengan doaku Aku belum menemukan jawabannya Entah YA atau TIDAK Setidaknya aku tau aku harus cukup kuat u

Aku ingin kau tau tanpa kuberi tau

Hei Bolehkah memelukmu setiap saat? Bolehkah menghabiskan hari dengan berbincang denganmu? dari hal konyol sampai dengan masa depan? Bolehkah mengecupmu tiada henti? Bolehkah bercerita tentang aku tak mau ditinggalkan olehmu? Bolehkah kau mengetahui aku senang diinginkan olehmu karena aku merasakan hal yang sama? Bolehkah menghabiskan hari tua bersamamu? Karena saat aku punya waktu memandangimu, aku sudah membayangkan, aku tak tau apakah aku bisa menua bila tidak bersamamu Karena saat aku punya waktu memandangimu, aku berbisik pada Tuhan bahwa aku mengingkanmu menjadi pendampingku Aku tidak tau Tuhan punya takdir yang sama dengan inginku atau tidak Tapi aku ingin kau tau itu Aku ingin kau tau tanpa kuberi tau
Kupikir dulu aku menyukaimu. Pernah mengkhayal kau ada dalam hidupku. Sudah lama sekali. Tapi tentu saja khayalan itu sudah kubunuh. Bagaimana mungkin kau yang adalah milik temanku kuharap bisa bersamaku? Lalu waktu memberi aku dan kau waktu untuk bersama. Bersama sebagai teman. Aku lupa pernah berkhayal bersamamu. Dengan kau selalu ada sebagai teman sudah membuat aku tenang. Aku tau harus mengadu pada siapa tentang apa pun yang menyesakkan dadaku. Lalu aku bahagia melihatmu bersama wanita-wanitamu. Mereka membuatmu bahagia. Paling tidak itu yang kulihat dan kuketahui. Kemudian dalam waktu singkat semua berubah begitu cepat. Kau yang mengaku menyimpan sayang untukku, sejak lama. Bodoh sekali rasanya. Bodoh mempercayai kata-katamu. Kau sudah ahli dalam hal itu bukan? Membuat wanita percaya dan memujamu begitu ingin. Kau membuat rasa dalam hatiku menguak Semua sudah terkubur begitu dalam Semudah itu memekarkannya kembali hanya karena pengakuan darimu Lalu aku semu

Aku belajar mengenal diriku

Aku belajar mengenal diriku, siklus apa yang terjadi jika sesuatu terjadi pada diriku sendiri. Contohnya adalah ketika aku patah hati , kemudian aku bisa menentukan apakah setelahnya aku harus benar-benar melepasnya atau bisa kembali padanya. Caranya adalah jika aku memimpikannya setelah kami berpisah atau setelah aku patah hati itu artinya aku harus benar-benar melepasnya . Mimpi itu akan datang beberapa kali dan sangat indah. Semakin indah mimpi itu, semakin aku harus bisa melepaskannya. Hal-hal tentang melepaskan memang tidak selalu mudah. Aku belajar untuk tidak memaksakannya, tapi melalui proses yang mungkin harus pelan-pelan. Tapi jika mimpi itu tidak datang, kami tidak saling bertukar kabar, bisa jadi semesta menggunakan kekuatannya untuk mempertemukan kami lagi. Entah untuk menyatukan kami kembali atau membuat sebuah rencana tentang kami yang aku sendiri tidak tau bagaimana cara kerjanya. Hal lain adalah cerita masa lalu yang membuat aku belajar tentang menyakiti . Setel

Trauma Buruk

Pengalaman adalah guru terbaik. Pengalaman juga memberi trauma baik dan buruk. Masalah kepercayaan menjadi sebuah trauma buruk. Ketakutan tak beralasan kadang menjadi dampak dari trauma itu. Misalnya, aku tidak bisa menjadi orang yang dapat diandalkan ketika kau dipenuhi dengan pikiran tidak baik dan masalah yang banyak. Yang terpikir adalah kau menemui orang yang bisa kau andalkan pada situasimu yang seperti itu. Aku hendak menampik pikiran itu. Tapi tentu saja trauma buruk itu berkuasa dalam pikiranku. Rasanya aku menyakiti diri sendiri, merasa tidak berguna. Sayang sekali emosiku sedang tidak stabil saat ini, aku tidak bisa menanggapi kesusahanmu. Bodoh.

Hujan itu mengerikan

Entah bagaimana orang-orang bisa mencintai hujan Aku tidak Aku tidak suka Jika hujan sudah datang, rasanya aku sangat menunggu kapan ia selesai, kapan ia berhenti Hujan itu mengerikan! Apalagi dengan petir Mengerikan! Aku tidak suka

marah

Ya siapa yang gamau bikin yang terbaik? Siapa yang mau kemungkinan terburuk yang terjadi? Siapa yang suka penyesalan di akhir? Tidak ada. Tapi dengan semua keadaan yang ada, bahkan untuk membuat diri tetap waras adalah sebuah usaha yang tidak main-main. Tidak ada yang baik-baik saja dengan keadaan yang ada. Kalau bisa, aku mau melakukan semuanya tanpa merepotkan orang lain. Sungguh! Bahkan merepotkan ibuku pun adalah sebuah hal yang memberatkan bagiku. Nasehat untuk memberikan yang terbaik memang perlu. Tanpa rasanya aku sudah cukup dewasa untuk memikirkan sampai ke arah sana. Aku tau beberapa dari kalian mungkin sudah sangat pengalaman akan hal itu. Hanya saja tekanan yang kalian berikan memberi dampak pada usaha menggenggam kewarasanku. Di situasi yang seperti ini seperti biasa pilihannya dalah menangis atau marah aku sudah melakukan keduanya dan masih gagal Karena takdir sedang tidak bekerjasama dengan pilihanku tadi Aku bisa saja dengan segala keegoisanku men

Cara Tuhan Buat Ga Nyatuin Dua Manusia

Cara Tuhan buat ga nyatuin dua manusia itu emang ajib banget. Ini kejadian sama gue beberapa waktu lalu. Jadi gue uda lama naksir ama ni cowo. Tapi doi punya cewe, udahlah gue males gangguin. Sampe finally doi putus dan semesta kayak ngasi kode buat gue ama doi deket. Nah, beneran deket la kita. Dari nonton konser paduan suara bareng, nonton & makan bareng, olahraga bareng sampe nemenin doi beli alat musik bareng, eh dikirimin rekaman pas doi main musik lagi. Manis banget udah. Kayak orang pedekate-an gitu-gitu. Nah tapi... Kadang gue males kalo jalan ama doi bahasannya soal kerjaan. Lah gue senin sampe jumat uda mumet soal kerjaan, doi juga bahas kerjaan banget ni? Males kan. Gue pernah ajakin doi nonton di mini theater gitu, romance, eh doinya kagak doyan. Lah ane emang demen romance. Ah, kacau! Kita pernah nonton bareng ni, pas pulang, naik ojol masing-masing kan. Nah pas ojol doi dateng, doi langsung pergi aja gitu. Kagak ada niat nungguin sampe ojol gue dateng atau

menangis itu tidak apa

Untuk pertama kalinya aku menangis di depan seseorang dan dia malah balik memarahiku. Aku menahan tangisku, mendengarkan dan membiarkan dia menyelesaikan amarahnya. Setelahnya aku baru memahami sebenarnya itu tidak sepenuhnya amarah, dia kesal. Kadang sebuah tangisan hanya membutuhkan pendengar, tanpa disela tanpa ditanya apalagi dimarah. Lalu selagi dia memarahiku, aku memaksa menggunakan logikaku ketimbang perasaan. Iya, dia benar. Orang lain tidak akan tau apa yang kita rasakan jika kita tidak menjelaskan apa yang kita mau, apa yang kita rasakan. Lagi aku berpikir, aku tidak bisa mengandalkan seseorang dalam sebuah cerita hidup yang memang harus kutanggung. Aku memang tidak bisa selalu mengandalkan seseorang. Pelajaran ini sudah kudapatkan sebelumnya. Lalu aku benar-benar bisa menyelesaikan tangisanku. Menjelaskan apa yang sedang kuhadapi, apa yang sedang kurasakan, apa yang kumau. Aku tidak menyesali tangisan dan amarah yang sudah terjadi sebelumya. Rasanya merilis se

jika?

Kau tau bagaimana rasanya menangis seratus dua puluh jam tanpa henti? Bahkan beberapa tahun setelah kau berhasil berdamai dengan dirimu sendiri, kemudian kenangan itu datang, itu masih saja mampu menjatuhkan airmata yang tak kau harap datang. Kau tidak menginginkan apa-apa lagi Tapi kepedihan yang dulu dirasakan membekas sekali Mengingatnya saja sangat menyakitkan Entah kenapa kekuatan hati mati seketika Menyerah dengan takdir yang tak pernah diinginkan terjadi Itu rasanya mencintai setengah mati dan setengahnya lagi untuk disakiti Tidak bersisa Jika ... Oh, banyak JIKA yang bisa disampaikan sekarang Tapi JIKA itu tidak berlaku pada kehendak yang memiliki hidup

Hujan Pagi Ini

Awan mengurung air malam tadi Memutuskan menjatuhkannya pagi ini Ah, tidak ada kicauan burung! Mereka memilih menghangatkan tubuh di sarang kumpulan daun kering Aku meringkuk di tempat tidur Memutuskan menarik selimut sampai ujung leherku Tidak ada matahari lagi, ujarku ingin terlelap Kemarin pagi aku mencuci dan menjemur pakaianku Kurelakan basah karena hujan pagi ini Kadang aku merutuk kenapa tempatku menjemur pakaian tidak dinaungi kanopi Sia-sia sudah pewangi yang kucampurkan dalam rendaman terakhir pakaianku Belinya kan pakai uang? Tapi diluruhkan oleh si hujan pagi

Tentang hati : Setiap orang berhak memilih

Aku menulis ini di sebuah bangku di depan altar gereja katolik di Jakarta. Tidak boleh bermain hp di gereja. Iya, aku tau aturan itu. Tapi aku membuat pengecualian untuk diriku sendiri karena sedang tidak ada ibadah di tempat ini. Aku menunggu rombongan pengantin yang akan melaksanakan penerimaan sakramen perkawinan. Sekitar tiga puluh menit lagi. Entah kenapa, beberapa tahun belakangan ini aku sulit menulis cerita dari sudut pandang orang ketiga. Kali ini aku ingin menulis cerita yang alurnya sedang hilir mudik dipikiranku. Jadi kutuangkan saja dari sudut pandang orang pertama. Aku. Setiap orang berhak memilih. Untungnya aku hidup di negara yang memberikan keleluasaan pada setiap individu untuk bebas memilih. Beberapa waktu lalu aku dekat dengan seorang pria. Sudah lama kukenal, dan aku sudah menyukainya sejak lama. Hanya saja sejak kami berkenalan, dia sudah punya pacar. Wah, tembok pembatas pada perasaanku tentu saja kupasang tinggi dan kuat. Tiga tahun setelah kami berkenal

Pemikiran Siang Ini

Beberapa orang memutuskan untuk menjatuhkan hati pada orang yang tidak melakukan hal yang sama. Tidak bersambut, bahasa sederhananya begitu. Mari kucontohkan, diriku. Beberapa orang memutuskan menjatuhkan hati padaku, dan aku tidak melakukan hal yang sama. Tetapi keberanian mereka mengungkapkannya menjadi sesuatu yang luar biasa. Tidak semua orang bisa melakukan hal tersebut. Beberapa menyembunyikan perasaan mereka entah sampai kapan. Beberapa langsung mengambil kesimpulan bahwa tidak ada jalan baginya untuk memiliki hatiku. Tapi yang sedang kubicarakan adalah mereka yang memutuskan untuk mengatakan langsung padaku. Yang kemudian kutolak, dengan beragam alasan. Tadi sesuatu terlintas di kepalaku. Rasanya akan sangat bahagia sekali ketika mereka yang tidak bisa kubalas perasaannya mendapatkan pelabuhan terakhir. Rasanya manis sekali melihat mereka tidak menghentikan pencarian hingga akhirnya menemukan perhentian untuk benar-benar akhirnya tidak berpindah. Perhentian yang menyam

Semua akan indah pada waktuNya

Setiap keluarga memiliki rahasia, begitu kata sebuah film yang viral mengawali tahun ini. Kata penulis, setiap keluarga memiliki masalah. Ayah adalah tipe penyabar yang selalu menggunakan sebuah kalimat untuk menenangkan ibu dari masalah yang mereka hadapi. "Semua akan indah pada waktuNya" Jurus dengan kalimat itu memang berhasil untuk beberapa kali. Tapi kembali ke kata-kata tadi, masalah membuat kalimat penenang itu tidak ampuh lagi. Rasanya manusiawi. Ibu hanya seorang perempuan yang butuh kepastian. Bukan pengharapan tanpa kejelasan. Beliau pernah marah saat kalimat Semua akan indah pada waktuNya masih saja digunakan ayah menjawab masalah yang sedang mereka alami. Lalu waktu bergulir. Perlahan masalah selesai, diganti dengan berkat yang layak disyukuri. Tapi masalah lain datang. Tentu saja. Rasanya masalah dan berkat akan selalu datang silih berganti atau datang bersama selagi manusia hidup. Dan suatu ketika, ayah, ibu dan anaknya duduk bersama di meja m

Kakak : Aku menyayangimu

Aku tidak tau apakah kau melakukan hal yang sama denganku. Mencoba mempelajari kepribadianmu, tingkah lakumu, bagaimana kau bersikap akan sesuatu. Aku melakukannya untukmu. Entah kau tau atau tidak. Kenapa aku melakukannya? Karena aku menyayangimu. Alasan sederhana. Aku tidak pernah mengatakan hal itu secara eksplisit padamu. Rasanya aneh. Tapi aku melakukan banyak hal untuk membuktikannya. Aku memeluk dan menciummu disaat yang tidak terprediksi. Sangat jarang kau tolak. Aku hampir tak pernah menolakmu jika kau mengajakku ke suatu tempat, karena memang hal tersebut jarang terjadi. Aku tau kau juga menyayangiku dengan cara yang lain. Kau peduli padaku, dengan caramu, aku tau. Contohnya saat aku terlambat bangun dan hampir ketinggalan pesawat. Kau ikut panik dan membantuku. Kau membantuku memilihkan baju apa yang harus kugunakan ke pesta pernikahan temanku. Kau mengajariku bagaimana cara berdandan. Kau yang menyetrika pakaianku saat aku mengambil peran mencuci semua baju kita