Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2016

Kupasang benteng pertahananku karena aku adalah seorang pencemburu

Sudah banyak cara yang kulakukan untuk menyayangi seseorang Ternyata cara yang kulakukan terkadang memang harus menorehkan rasa sakit tanpa harus diumbar Tanpa harus "seseorang" itu tau Aku pernah menyayangi seseorang Karena menyayanginya-lah, untuk pertama kalinya aku harus tau bagaimana caranya menahan Karena menyayanginya-lah, untuk pertama kalinya aku tau bahwa aku, diriku sendiri adalah seorang pencemburu yang luar biasa Karena menyayanginya-lah, untuk pertama kalinya aku tau bahwa aku tidak akan mengulang kesalahan yang sama lagi Dia, sahabatku Seorang gadis mungil kecil yang hitam manis, periang dan cerewet Dia membuat aku menjadi seseorang baginya Kami berbagi cerita canda tawa dan duka Aku pun demikian Kenyamanan yang tercipta membuat aku tak ingin persahabatan kami diusik Aku ingin aku menjadi satau-satunya orang tempat dia mengadu Aku sangat menyayanginya Sampai suatu ketika, ada orang lain yang merusaknya Sebenarnya bukan merusak. Hanya saja emo

Ini tentang mencintai dalam diam.

Ini tentang mencintai dalam diam. Saat bisa menyayang tanpa mengumbar Saat bisa saling mencinta tanpa terikat Saat bisa menahan cemburu dalam jarak Saat bisa mengorbankan tanpa paksaan Saat bisa berurai airmata tanpa status Saat ingin berhenti tanpa memulai Saat ingin bertahan namun diacuhkan Saat menetapkan untuk tinggal tanpa tau arah Saat memulai komitmen dalam keraguan Saat memantapkan hati dan akhirnya ... semuanya bersambut Indah :) Ini tentang mencintai dalam diam.

Kematian ...

Aku tidak pernah siap dengan kematian. Entah kenapa siang ini aku memikirkan tentang kematian. Bukan, bukan kematianku. Tapi kematian kerabatku, keluargaku. Aku teringat ketika seseorang mengatakan, "Kenapa harus takut dengan kematian? Bukankah kematian suatu hadiah? Hadiah karena akhirnya kita akan bertemu dengan Sang Pencipta" Well, maybe yes ... Tapi itu tidak sesederhana itu bukan? Mungkin sisi kemanusiaanku masih sangat besar karena takut akan kematian. Akan seperti apa aku nanti jika aku diperhadapkan pada sebuah raga tanpa jiwa?

Dia, adikku ! Fighting !

Dia hitam manis, tinggi, kurus dan rambutnya panjang bergelombang. Suaranya bagus saat menyanyi, sayangnya tingkat kepercayaan dirinya untuk tampil solo masih sangat diragukan. Tapi kalau diminta untuk vocal group, jangan ditanya! Dia juga pasti grogi. Hahaha... Tapi tingkat kepercayaan dirinya akan naik sedikit saat ia vocal group dibandingkan jika ia diminta untuk tampil solo. Perawakannya ayu. Pendiam, untuk orang yang pertama kali mengenalnya. Pernah suatu kali seorang tetanggaku laki-laki yang seumuran denganku berkata, "Adekmu kenapa? Makin dilihat, makin kepinggir dia jalan, untung ga jatuh ke selokan tadi dia". Hahaha... Hal yang membuatnya benar-benar percaya diri adalah saat ia diminta untuk menari. Ya, akan tercipta keindahan saat ia mulai menggerakkan tubuhnya selaras dengan nada yang berdentang. Bayangkan saja, hampir setiap sore kamar belakang rumahku akan bau keringatnya karena ia menari disana. Dia, adikku. Aku memiliki 2 adik perempuan. Tapi pada tul