Semua akan indah pada waktuNya
Setiap keluarga memiliki rahasia, begitu kata sebuah film yang viral mengawali tahun ini.
Kata penulis, setiap keluarga memiliki masalah.
Ayah adalah tipe penyabar yang selalu menggunakan sebuah kalimat untuk menenangkan ibu dari masalah yang mereka hadapi.
"Semua akan indah pada waktuNya"
Jurus dengan kalimat itu memang berhasil untuk beberapa kali.
Tapi kembali ke kata-kata tadi, masalah membuat kalimat penenang itu tidak ampuh lagi.
Rasanya manusiawi.
Ibu hanya seorang perempuan yang butuh kepastian.
Bukan pengharapan tanpa kejelasan.
Beliau pernah marah saat kalimat Semua akan indah pada waktuNya masih saja digunakan ayah menjawab masalah yang sedang mereka alami.
Lalu waktu bergulir.
Perlahan masalah selesai, diganti dengan berkat yang layak disyukuri. Tapi masalah lain datang. Tentu saja. Rasanya masalah dan berkat akan selalu datang silih berganti atau datang bersama selagi manusia hidup.
Dan suatu ketika, ayah, ibu dan anaknya duduk bersama di meja makan. Saat itu waktu makan malam sudah selesai. Mereka sibuk dengan ponselnya masing-masing.
Tiba-tiba ayah bertanya pada anaknya, "Sekarang gajimu berapa?"
Anaknya mendongak melihat ayahnya, tersenyum dan bertanya lagi, "Memangnya kenapa, Yah?"
Ibu masih berkutat dengan ponselnya. "Ayah hanya ingin tau, kau membuat syukuran seperti tadi kan butuh biaya", kata ayah.
"Oh. Gajinya cukup buat bayar kosan, bayar apartment yang kita tempati beberapa hari ini, cukup untuk syukuran tadi dan masih cukup untuk ditabung, Yah", si anak menjawab dengan tersenyum.
"Tapi ibu juga penasaran dengan gajimu", sekarang ibu yang ambil alih. "Masih sama dengan yang terakhir kali kau beritahu ibu?"
"Sudah naik", jawab si anak.
"Jadi berapa?", si Ibu masih kekeuh ingin tahu.
Si anak tidak memberitahu.
Kemudian ada pembicaraan tentang kehidupan, hingga si kalimat penenang kembali dikumandangkan ayah.
"Begitu bu, mungkin hal indah itu tidak dibawa oleh ayah atau ibu, tapi oleh anak kita. Jangan berhenti berharap dan kita harus tau berharap pada siapa. Semua akan indah pada waktuNya."
Kata penulis, setiap keluarga memiliki masalah.
Ayah adalah tipe penyabar yang selalu menggunakan sebuah kalimat untuk menenangkan ibu dari masalah yang mereka hadapi.
"Semua akan indah pada waktuNya"
Jurus dengan kalimat itu memang berhasil untuk beberapa kali.
Tapi kembali ke kata-kata tadi, masalah membuat kalimat penenang itu tidak ampuh lagi.
Rasanya manusiawi.
Ibu hanya seorang perempuan yang butuh kepastian.
Bukan pengharapan tanpa kejelasan.
Beliau pernah marah saat kalimat Semua akan indah pada waktuNya masih saja digunakan ayah menjawab masalah yang sedang mereka alami.
Lalu waktu bergulir.
Perlahan masalah selesai, diganti dengan berkat yang layak disyukuri. Tapi masalah lain datang. Tentu saja. Rasanya masalah dan berkat akan selalu datang silih berganti atau datang bersama selagi manusia hidup.
Dan suatu ketika, ayah, ibu dan anaknya duduk bersama di meja makan. Saat itu waktu makan malam sudah selesai. Mereka sibuk dengan ponselnya masing-masing.
Tiba-tiba ayah bertanya pada anaknya, "Sekarang gajimu berapa?"
Anaknya mendongak melihat ayahnya, tersenyum dan bertanya lagi, "Memangnya kenapa, Yah?"
Ibu masih berkutat dengan ponselnya. "Ayah hanya ingin tau, kau membuat syukuran seperti tadi kan butuh biaya", kata ayah.
"Oh. Gajinya cukup buat bayar kosan, bayar apartment yang kita tempati beberapa hari ini, cukup untuk syukuran tadi dan masih cukup untuk ditabung, Yah", si anak menjawab dengan tersenyum.
"Tapi ibu juga penasaran dengan gajimu", sekarang ibu yang ambil alih. "Masih sama dengan yang terakhir kali kau beritahu ibu?"
"Sudah naik", jawab si anak.
"Jadi berapa?", si Ibu masih kekeuh ingin tahu.
Si anak tidak memberitahu.
Kemudian ada pembicaraan tentang kehidupan, hingga si kalimat penenang kembali dikumandangkan ayah.
"Begitu bu, mungkin hal indah itu tidak dibawa oleh ayah atau ibu, tapi oleh anak kita. Jangan berhenti berharap dan kita harus tau berharap pada siapa. Semua akan indah pada waktuNya."
Komentar
Posting Komentar