Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2019

A Sorry For An End

Kau tau kenapa aku menyukainya? Karena dia pendiam. Tidak banyak bicara. Dia membuatku merasa senang ketika akhirnya aku berhasil membuatnya banyak bercerita. Dia tidak melakukan hal itu pada banyak orang. Lalu kenapa kau masih gelisah? Dia masih menghubungi mantan pacarnya. Kau bilang itu tidak menjadi masalah. Justru kau bisa menerima karena dia sudah jujur. Dia sudah bilang bahwa tak ada jalan lagi untuknya dan mantannya. Apa lagi yang kau gelisahkan? Aku perempuan. Rasanya aku sedang menyakiti perempuan lain ketika aku tertawa berdua bersamanya. Aku sedang belajar tidak peduli pada perasaan orang lain waktu itu. Lalu? Aku bisa. Dan aku merasa aku jahat. Apa itu alasan kalian berspisah? Tidak. ... Aku tidak mengabarinya dan dia melakukan hal yang sama. Enam bulan. Kemudian aku menemukannya sudah bersama perempuan lain. Bukan dengan mantan pacarnya itu. Dengan perempuan lain. Yang ternyata aku kenal juga. Kau pasti melakukan sesuatu setelah tau kabar ini? Y

Pongahku

Tadi malam sebelum tidur aku membuka kontakmu di Whatsapp. Aku tidak berencana membaca rentetan percakapan kita disana. Aku membuka media, melihat beberapa gambar yang saling kita kirimkan. Aku berhenti di beberapa gambarmu yang kau kirim padaku. Aku tersenyum, sesekali mengelus bagian pipimu difoto itu. Bagaimana bisa aku menyayangimu dan sekarang memutuskan berhenti? Bodoh sekali aku! Tidak semua orang tau bagaimana manjanya aku ketika aku memutuskan menjatuhkan rasa sayang ini pada seseorang. Tapi aku benar-benar sudah memberitahumu saat pertama kali kita dekat. "Tidak apa", katamu. Dan aku melakukannya padamu. Aku kadang kesal dengan rasa manjaku tapi entah bagaimana aku tetap melakukannya padamu. Dan kau selalu menanggapi sesuai kadar. Aku senang. Kadang kau terlalu banyak bercerita. Kadang aku malas mendengarkan tapi begitu pun aku masih tetap mendengarkanmu. Walau jujur saja beberapa ceritamu lewat begitu saja. Hahaha... Kadang egoisku separah itu. Tapi percayal

Tanpa Judul

Entah bagaimana kau mendapatkan aku sebelum aku melakukannya Kau menatap dan menghujam Aku melihat dan tak mampu mengontrol raut dan ekspresi Seketika kelebat kejadian menari di kepalaku Tatapanmu tadi campuran antara marah, sakit dan tak merela tapi berusaha tegar Maaf... Inginku mengucapnya. Lalu hati dan pikiranku kembali beradu marah Sadarku tak mampu melerai Sakit sekali ketika mereka beradu seperti itu di dalamku Aku gamang Ingin sesuatu yang aku tak tau apa Yang kutau aku ingin menangis atau melupa saja Hatiku benar ingin kau kembali, mendekapmu dan tidak melepasmu Tapi pikiranku menghasut dengan kejadian yang sudah terjadi dan tidak mampu termaafkan Tidak, kau tidak punya ruang lagi, begitu teriak pikiranku Aku tau aku pernah melalui hal ini dan berat sekali Aku perlu puluhan malam untuk tertawa dan menangis sendiri Merutuk tak mengampuni diri sendiri Hina sekali rasanya Jika aku harus melakukannya lagi Tidak, aku tidak mau ! Tidak, itu menyakitkan