Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Kehilangan yang lain

Entah bagaimana Aku tau ini akan terjadi Ketika aku memutuskan memulai Aku tau ini akan diakhiri dengan cara seperti ini dan tebakanku benar Tidak ada yang salah dari kisah yang telah terjadi dan rasa yang tumbuh Ini hanya bagian dari jalan cerita untuk memproses kisah lain sehingga lebih berwarna Untung saja aku sudah terbiasa belajar tentang Merelakan, melepaskan dan berserah Sekarang hatiku lebih lapang Bukan berarti ia tidak merasakan sakit dan sedih Hanya saja sekarang sudah lebih kebal, cenderung ke mati Eh, aku belum mau mematikan perasaanku sendiri Aku selalu siap untuk dicintai kembali dan disakiti lagi Bukankah prosesnya harus begitu? Aku tidak akan lelah jika dihadirkan atau menghadirkan rasa yang lebih dari sekedar biasa Aku diciptakan spesial Cerita cinta dan sakit hatiku juga pasti spesial Mari bertualang lagi... Menemukan cerita menarik hingga aku dilabuhkan pada sesuatu yang memintaku tinggal dan melarangku untuk pergi lagi

Aku benci kehilangan !

Aku benci kehilangan ! Hari ini random aku mengetahui orang tua dari salah satu kakak seniorku meninggal. Sebenarnya ini bukan kali pertama aku mendengar kabar duka. Hanya saja akhir-akhir ini aku terlalu sensitif perkara kehilangan. Aku menangis. Walau aku tidak kenal dan tidak pernah bertemu kakak itu. Aku hanya tau dia dan mengetahui kabar itu dari media sosial. Bukan aku yang kehilangan, tapi aku benci kehilangan ! Kemarin aku menghabiskan malam bersama seorang kakak senior yang lain. Kami sebenarnya saling ingin bercerita sejak lama, tapi tidak menemukan waktu yang tepat, sampai malam kemarin. Dia baru kehilangan. Kehilangan setengah hatinya. Dimana setengah hatinya yang lain sudah hilang juga, sejak lama. Disaat ia bercerita, aku benar-benar sedih, tapi aku tidak bisa menangis. Aku tersenyum. Bukan berarti aku tidak merasakan kehilangannya. Aku bukan orang yang pandai berekspresi di saat-saat seperti itu. Iya, benar, kehilangan yang ia alami, belum pernah kualami, t
Rindu ini terlalu jahanam menderaku, sayang Kemarin ia sudah pergi, kukira akan menetap di pertinggal hati yang lain Namun ia kembali membawa luka Sial sekali rasanya ! Sudah kuusir agar tak kembali Harusnya kau mengerti ini mengganggu sekali, sayang

Berhenti

Kini aku mengerti bahwa arti berhenti bukan sekadar mencapai tujuan. Arti berhenti lebih dari itu. Berhenti adalah ketika kita sadar segala hal yang kita usahakan, tidak membuahkan hasil. Bukan menyerah, hanya saja kita memang harus memilih antara meneruskan jalan itu atau berhenti, membuat dan menjalani plan lain. Berhenti adalah ketika kita sendiri mendapati diri menjadi munafik, setelah omong kosong yang kita lontarkan, lalu omongan itu kita jilat kembali dan menyesalinya kemudian. Ya, ada ganjaran akan hal itu. Malu pada diri sendiri akan orang lain. Orang lain mendapatkan lebih dari yang kita dapatkan. Berhenti adalah ketika kita menyadari bahwa kita tak bisa memaksakan apa pun. Sekeras apa pun kita mencoba untuk berkata jangan, orang lain tidak akan hidup atas kemauan kita. Dia berhak memilih ketika kita memilih untuk berhenti. Bukan berarti dia mengingkari kata-katanya, lalu dia salah, bukan begitu. Kita berhenti dan dia punya hak untuk menentukan tujuan berikutnya,

Oppung Doli, Masihol Ahu

Pematangsiantar, 2003 Kelas 3 SD "huhuhu... rindu aku sama mama", menangis diam-diam. Keesokan harinya, "Disinilah kau nang tinggal sama oppung. Nah, uda oppung belikan buku bahasa inggris yang kau pengen itu". Aku menggeleng dan menatap iba pada mama. "Nah, nah, ambillah boru bukunya nah, oppung beli untukmu ini", aku menerima buku ini bersama air mata. Aku tidak tahu arti air mata itu. Entah karena aku sedih dipaksa tinggal bersama mereka atau sedih karena harus meninggalkan mereka berdua. Pada akhirnya aku dibawa pulang oleh mama dan meninggalkan oppungku berdua di rumah tua itu. Sibolga, 2005 Kelas 5 SD "Wid, sinilah, ada yang mau oppung bilang samamu", aku menghentikan permainanku bersama sepupuku, menghampiri oppung di teras rumah. "Jadi, berapalah habis uang di celenganmu yang diminta Bapak?", pikiranku melayang mengulang hari dimana kami hendak pulang kampung ke Sibolga untuk merayakan tahun baru bersama tapi terha

Berdiamlah Disana

hai, ganteng lama sekali tidak menyapamu apa kabar? kemarin aku kembali melihat keramaian yang kau abadikan disana tidak ada yang begitu aku sedang tidak rindu hanya saja aku masih rajin menguntitmu aku tersenyum saat melihatmu begitu bahagia melewati tahun yang berbeda dengan tahun lalu ada hal yang sama, aku tidak ada, pun pada tahun-tahun yang akan datang tapi doaku besertamu, kau tahu itu kau akan terus berada dalam 1 jalur menuju sudut sudut yang menyatu bersama kenanganku yang lain berdiamlah disana kelak akan ada cerita tentang kau yang belum hilang dari sudut itu juga tentang kenangan lain yang menumpuk bersamamu disana

MEMORI PERJALANAN

Karena menjalani tempat baru akan membangun banyak mimpi-mimpi kecil Tentang menjaga alam, tentang menjadi lebih sukses, tentang persahabatan, tentang mencintai Tuhan lebih lagi. Mari mengkaji ulang perjalananku. Hanya supaya aku tidak lupa. Dan perjalanan impian selanjutnya. Ini bagian yang sudah : INDONESIA Pulau Sumatera :  Tarutung dan sekitarnya Salib kasih, Pemandian Air Panas, Pemandian Air Soda, Huta Ginjang Sibolga Pulau Mursala, Pulau Putri, Pantai Binasih, Pantai Pandan Berastagi Air Terjun Dua Warna, Gunung Sibayak, Funland Parapat - Danau Toba - Samosir Danau Sidihoni dan semua keindahan Samosir Pulau Jawa : Jakarta *akan bersemedi disini entah sampai kapan Bogor Kebun Raya Bogor, Kujang Raider Bogor, Jungle Land Sentul Yogyakarta Malioboro dan sekitarnya, Candi Borobudur, Bukit Bintang, Goa Pindul Semarang Kepulauan Seribu Pulau Tidung, Pulau Genteng Kecil, Pulau Bira Besar Malang-Batu-Bromo Gunung Bromo, Alun-alun Kota Malang,  Alun-alun Kota

Berbicara adalah obat

Gambar
Saya melewati masa-masa sulit beberapa minggu belakangan ini. Entah itu tentang hubungan saya dengan teman-teman saya, keluarga saya dan pekerjaan saya. Saya menjadi lebih pendiam. Bukan pendiam dalam arti benar-benar tidak berbicara pada siapa pun. Saya masih tetap tertawa dan berkomunikasi dengan orang di sekitar saya. Hanya saja saya tidak selugas dulu bercerita tentang apa yang saya rasakan. Jujur saja, saya memang memilih orang untuk diajak bercerita. Karena tidak semua orang bisa menjadi pendengar dan pemberi nasihat yang baik versi saya sendiri. Dan bukan kebetulan, kemarin saya salah memilih. Dan karena itu saya memutuskan untuk menjadi lebih diam, tak mau membagi apa pun pada siapa pun. Lalu masa sulit itu ternyata menjadi lebih sulit. Saya mencoba mencari pelarian dengan mengunjungi teman saya dan membicarakan topik yang random . Awalnya berhasil, tapi hanya sesaat. Ketika saya sedang sendiri, masalah kembali berputar di kepala saya. Dan saya menyerah.

Rinjani by his side

"Oiya, bukankah kau senang menulis? Kenapa berhenti?", tanya seorang teman. "Oh, itu. Tidak, aku tidak berhenti. Aku tetap menulis di blogku. Tidak rutin, tapi ya kadang tetap ada kok, sedikit", jawabku mengalihkan pandangan. "Jadi, bagaimana ceritamu tentang Rinjani?", giliranku bertanya mengganti topik. "Wah... seru, menyenangkan. Aku tidak pandai bercerita sepertimu. Tapi aku akan cerita mulai dari awal pendakian aja ya. Kami naik dari pintu Sembalun. Kau nonton acara Jalan-Jalan Men kan? Kau pasti tau", kujawab dengan anggukan, "ya, kami naik dari situ". "Berapa lama?", potongku. "Lama. Malah kami terlambat mulai mendaki. Dari pos satu ke pos kedua butuh waktu satu jam. Beda gunung beda jumlah pos. Ada gunung yang punya pos banyak. Jarak satu pos ke pos lain hanya perlu waktu jalan 20 menit, kalau Rinjani beda. Malah ada yang jarak antar pos nya harus ditempuh dalam jangka waktu dua jam", dia menjela

Amsal 17:17

Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran. Dia membatalkan jadwal nonton bersama teman-temannya karena aku. Ia menghentikan taxi dan melaju pulang karena kubilang aku menunggunya. Tanpa rengekan. Tidak ada kata pembukaan. Semua mengalir dan dia menunggu, mendengar, dengan sebatang rokok di tangan kanannya. "Menurutmu aku harus gimana?", kuakhiri dengan sebuah tanya. Perutnya yang buncit tidak lagi menjadi hal aneh bagiku. Telanjang dada di depanku karena gerahnya Jakarta menjadi pengalaman yang biasa saja darinya. ... Hening. "Kau tau jawabanku". ... Hening (lagi). "Enggak. Aku ga tau", sahutku. "Jawabanku sama dengan jawaban-jawabanku sebelumnya. Sudah berapa kali kau mempertanyakan ini padaku?", dia menekankan lagi kata-katanya. Aku tertunduk, ya aku tau , sahutku dalam hati. "Ayolah, kau tau seberapa keras aku bertahan pada jawabanku saat kau memilih pilihan ya

#RandomThought

Mengubah perkenalan menjadi sebuah persahabatan bukanlah suatu hal yang mudah. Menggabungkan antar kepribadian menjadi sebuah kebahagiaan membutuhkan waktu yang banyak. Tak jarang, orang yang menarik atau cerdas misalnya, hanya menjadi teman sekadar kenal, ketika ternyata setelah tahap pembentukan pendekatan, entah kita yang gagal atau orang itu. Tidak nyaman. Semudah itu. Watak manusia yang berbeda, sama seperti paras, tidak ada yang sama. Pembentukan pola kepribadian, percaya atau tidak terbentuk dari lingkungan dimana kita berada. Ketika kita hidup dalam keluarga dengan watak yang keras, dan bergaul dengan teman-teman dengan watak yang sama, pelan-pelan kita yang mungkin semula tak memiliki watak itu menjadi keras pula. Lagi, ketika kita hidup dalam keluarga yang mengayomi dan mengajari sifat kepemimpinan, dan lingkungan luar atau sekolah mendukung, tidak mustahil kita dipercaya untuk menjadi seorang pemimpin, dalam sebuah organisasi misalnya. Tetapi banyak yang berkata, "ah

Cerita singkat di Sabtu kelabu

Sudah jam 5. Bukankah aku harus ke Bandung hari ini? Aku mengambil ponselku yang berada di atas meja di samping tempat tidurku. Kosong. Tidak ada pemberitahuan apa pun. Tidak ada pesan yang masuk. Oh, ya. Kami sedang bertengkar. Tidak ada Bandung hari ini. Tidak ada pertemuan lagi. Malam ini entah akan menjadi malam minggu keberapa tanpa dia. Beberapa minggu yang lalu aku berhasil mengalihkan perhatianku karena aku pergi bersama teman-temanku yang lain. Tapi untuk hari ini, aku benar-benar tidak ada janji. Sial ! Ini tidak bisa dibiarkan. Aku pasti akan mati karena kesepian. Bahkan untuk mengitari mall sendiri pun terasa sangat sepi karena tak ada dia, di chat sekalipun. Minggu kemarin kami masih merencanakan akan ke Bandung akhir minggu ini. Tapi kemudian entah karena apa, kami bertengkar, dan saling tidak memberi kabar sampai hari ini.  Padahal aku sudah senang sekali karena akan menghabiskan malam mingguku dengannya. Pupus sudah. Egois. Ah, manusia. Begitulah

Ini akan jauh lebih mudah,

Semua memang berbeda, sedikit lebih berat rasanya Bukan terbiasa, hanya saja ini bukan kali pertama Kemarin itu, bahkan lebih lama dan lebih sulit Dan semua berlalu, tidak begitu saja namun tetap terlewati Kemarin itu, jauh lebih berat Jika lagi harus dilukiskan, aku lupa Sekarang? Harus lihai aku menata dan melupa Harus pandai aku mengalihkan dan tak acuh Untuk apa tetap menggali harapan jika akan ditutup dengan kehampaan Untuk apa tetap peduli jika hanya bertepuk sebelah tangan Untuk apa terus mengalah jika tak ada pembelajaran Sudahlah... Ini bukan kali pertama Semua akan jauh lebih mudah, seharusnya...

Aku benci hujan

Aku tidak suka sepi Menusuk menunggu mati rasanya Aku lebih suka keramaian kemudian aku bisa konsentrasi Hari ini sepi Tidak ada warna bahasa dan suara Bahkan diluar sana langit kelabu menambah suram Minggu sore Hujan Kemudian bersahutan dengan petir Aku benci ! Aku tidak suka suara hujan Dingin menyayat Pedih Apalagi saudaranya, petir Jahat ! Menakutkan, menggelegar sok berkuasa Entah bagaimana aku memahami si pecinta hujan Hujan itu mengerikan! Tidak membuat galau Tapi membawa tangis Hujan Aku benci ! Cepatlah pergi !

#RandomThought

Hai ... Kapan kita bertemu? Hatiku sudah dirundung rindu yang tak jua terkikis Bagaimana bisa? Sedang aku menanti kau menjemputku untuk membawaku bertamasya Seperti waktu itu Kini, Banyak alasan bodoh yang akhirnya membuat rindu berharga murah Sehingga ia tak dihargai dan tak diingat Beginilah jadinya Jarak kita dekat Tapi ruang rindu terbentang lebih luas dibanding jarak Bukan apa-apa Egois manusia kita yang meraja Haah... Aku ingin lepas saja Dari bayang dan hidupmu Tapi tidak bisa Seandainya bisa Itu hanya terjadi jika aku mati Kasih... Mengertilah Cinta tidak menuntutmu menjadi pembosan Hanya kau yang tak pandai memadu-madankan warna Kalau bukan denganmu Dengan siapa lagi? Apa kau juga sudah berubah menjadi manusia munafik seperti yang lain? Jika begitu Biarlah aku mencari penggantimu

Holiday Planning (2)

Mau kemana kita? Karena mau percobaan, yang dekat-dekat aja dulu. Singapore dan Kuala Lumpur (kalau ada budget lebih, terusin ke Thailand ya, recommended ) Untuk part ini aku bakal cerita soal biaya yang pasti keluar selama jalan-jalan. Nah, setelah urusan paspor selesai. Yang berikutnya adalah jadwal keberangkatan supaya tau kapan pesan tiket pesawat. Dan pada perjalanan ini, kami memesan pesawat, Dari : Jakarta (CGK) - Singapore (SIN) --> Jetstar Dan pulangnya : Kuala Lumpur (KLIA) - Jakarta (CGK) --> AirAsia Dengan harga tiket PP : +/- Rp. 590.000,00 /orang via  traveloka Murah ga? Lumayan la ya. Kami membeli tiket pesawat 2 bulan sebelum kepergian. Nah, untuk Singapore ke Kuala Lumpur, kami naik Bus dengan harga +/- Rp. 200.000,00 /orang Kami pesan bus-nya  disini . Fyi , kami menghabiskan 3 hari 2 malam untuk masing-masing negara. Kemudian, kami langsung membuat target berapa budget yang akan kami keluarkan. Setelah yakin dengan budget  nya, langsung cus

Holiday Planning (1)

So, ini pertama kalinya aku menulis tentang acara jalan-jalanku. Alasannya? Karena jalan-jalan kali ini, untuk pertama kalinya, aku pergi ke luar negeri dan merasakan "parno" karena takut bakal bermasalah ini-itu waktu. Tulisan ini bakal aku bagi sampai beberapa part. Semoga tidak membosankan. Apa yang mau di persiapkan kalau ke luar negeri? PASPOR ! Nah, untuk ngurus paspor, bisa urus manual dan online. Kalau aku ngurusnya manual, jadi harus bawa kelengkapan : KTP asli dan fotocopy. Nb : untuk fotocopy, kertas nya jangan dipotong, tetap dikertas A4 aja Akte kelahiran asli dan fotocopy Kartu keluarga asli dan fotocopy (optional) Surat keterangan kerja kalau kita ngurusnya bukan di daerah tempat tinggal kita. Misal KTP kita Medan, tapi kita sedang kerja dan tinggal di Jakarta, kita butuh surat keterangan kerja. Materai 6000 (kalau tidak salah 2 buah) Note :  Dokumen ASLI harus dibawa ya, sebenarnya cuma buat verifikasi di kantor imigrasi doang, memastikan ap

Ada jenis lelaki yang lain?

Sudah kodratnya begitu Wanita ada untuk dicinta Juga kodrat, Bahwa lelaki harus lebih berusaha untuk mengejar cinta Tetapi lelaki terlahir dengan jenis yang berbeda Begitu pun wanita Ada lelaki yang berjuang-sulit-berhenti Ada lelaki yang berjuang-sulit-sulit-sulit-berhasil Ada lelaki yang berjuang-mudah-berhenti Aku menemukan lelaki yang benar-benar berusaha mengejar cinta Penuh pengorbanan Menempuh jarak dan menebar tawa renyah Dan, ia mendapatkan wanitanya Wanita itu Yaa... Mungkin kodrat wanita juga yang akan luluh dengan lelaki yang tampaknya sepenuh hati berjuang untuk cinta yang ia punya Lalu, ia menerima lelakinya Tapi cerita tidak berakhir Melainkan baru saja dimulai Lelaki itu berubah, pelan-pelan tawa renyahnya hilang, berganti dengan senyum simpul yang tidak setiap bertemu didapatkan Tidak ada lagi bunyi hp yang mengingtkan ini-itu seperti saat pendekatan dulu Mendapat ucapan 'selamat pagi' saja sudah seperti kebahagiaan sepanjang hari Enta

Jangan ditiru !

Aku lupa cara mengasihi Karena benci dan cemburu membara lebih besar daripada kasih Kemudian aku harus bertempur dengan diriku sendiri, tanpa hasil Lalu pada akhirnya aku mengasihani diriku sendiri Dan tersenyum bodoh karena memelihara benci dan tidak mampu berdamai dengan hati

Dasar Anak SMP!

Tau ga kapan aku benar-benar suka sama band Ungu? Dari SMP ! Honestly dari SD aku uda suka dengar lagunya, tapi ga begitu kenal sama personilnya. Nah, awal bisa cinta banget sama Ungu waktu kelas 2 SMP. Waktu itu ada kelas ekstrakurikuler yang membuatku harus berada di sekolah hari Sabtu sore. Sebelum kejadian di Sabtu sore itu, aku menyukai kakak kelas ku, Harry namanya. Karena aku memang anak perempuan yang terlalu aktif, aku tidak malu untuk mencari tahu no hp nya dan mengirim pesan duluan padanya. Alhasil, tau lah dia bahwa aku menyukainya. Jadi, setiap istirahat sekolah, aku selalu jalan dari depan kelasnya karena aku tau dia sering nongkrong di depan kelas bersama teman-temannya. Lalu aku akan curi pandang padanya, dan tersenyum. Entah karena dia melihat atau tidak melihat sama-sekali. Sampai di sabtu sore itu, aku sedang berkirim pesan dengannya. Seperti biasa, walaupun di kelas ekstrakurikuler, dia tetap nongkrong di depan kelasnya yang tertutup. Dia sudah menyelesaika

Rinduku yang Salah

Tapi jarak terlalu jahat. Ia tidak mengenal waktu untuk menumbuhkan rindu sedemikian cepat. Lelakiku sedang tertarik pada wanita lain. Dia banyak menghabiskan waktu dengan perempuannya itu tanpa memedulikanku, atau bahkan sudah tidak menganggapku lagi. Lalu tiba-tiba saja rindu padamu kembali membuncah. Hahaha... Kasihan sekali kau, hanya menjadi tempat perinduanku ketika lelakiku tidak berkata apa pun padaku saat ia menghabiskan malam minggunya dengan perempuan lain. *100*12# Kode salah satu kartu telepon selular untuk membuat paket nelpon murah. Dan aktif. Aku membuka kontakmu dan dengan satu kali scroll , aku menemukan namamu. Tut... Tut... Tut... " Halo", suara beratmu menyahut. Sudah berapa batang? batinku. "Kenapa lama sekali kau angkat?" "Aku baru saja selesai apel malam" "Capek?" "Lumayan. Ada apa?" "Tidak ada. Hanya ingin berbicara." "Kau rindu?" Hening ... " Kau kenapa? " "

Sisa Kecupan Tadi Malam

Ini bukan tentang birahi. Ini tentang sebuah batin yang ditempelkan dalam tubuh seorang insan. Menjadi sebuah pelukan mesra saat aroma menguar dari pangkal lehernya di sore itu. Merindu, begitu. Namun enggan untuk diutarakan. Hanya mencoba membalas belasan ucap dengan sekadar senyum atau sebaris kalimat. Lalu... Ah, waktu tidak lagi mampu bercengkrama dengan kisah tak bertuan mereka. "Aku harus pulang. Keningmu saja." Sebuah kecupan. Tidak lebih dari tiga detik. Bahkan ketika mata hendak mengatup dan mencoba merasuki sendiri pada aliran darah terendah, kecupan itu menghilang. "Hati-hati." Sekali lagi, ini bukan tentang birahi. Lebih kepada rasa yang dititipkan oleh Yang Kuasa namun sering sekali disangkal. "Maaf, lancang" Sebuah pesan singkat. "Sudah larut, tidurlah."