Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2017

Berbicara adalah obat

Gambar
Saya melewati masa-masa sulit beberapa minggu belakangan ini. Entah itu tentang hubungan saya dengan teman-teman saya, keluarga saya dan pekerjaan saya. Saya menjadi lebih pendiam. Bukan pendiam dalam arti benar-benar tidak berbicara pada siapa pun. Saya masih tetap tertawa dan berkomunikasi dengan orang di sekitar saya. Hanya saja saya tidak selugas dulu bercerita tentang apa yang saya rasakan. Jujur saja, saya memang memilih orang untuk diajak bercerita. Karena tidak semua orang bisa menjadi pendengar dan pemberi nasihat yang baik versi saya sendiri. Dan bukan kebetulan, kemarin saya salah memilih. Dan karena itu saya memutuskan untuk menjadi lebih diam, tak mau membagi apa pun pada siapa pun. Lalu masa sulit itu ternyata menjadi lebih sulit. Saya mencoba mencari pelarian dengan mengunjungi teman saya dan membicarakan topik yang random . Awalnya berhasil, tapi hanya sesaat. Ketika saya sedang sendiri, masalah kembali berputar di kepala saya. Dan saya menyerah.

Rinjani by his side

"Oiya, bukankah kau senang menulis? Kenapa berhenti?", tanya seorang teman. "Oh, itu. Tidak, aku tidak berhenti. Aku tetap menulis di blogku. Tidak rutin, tapi ya kadang tetap ada kok, sedikit", jawabku mengalihkan pandangan. "Jadi, bagaimana ceritamu tentang Rinjani?", giliranku bertanya mengganti topik. "Wah... seru, menyenangkan. Aku tidak pandai bercerita sepertimu. Tapi aku akan cerita mulai dari awal pendakian aja ya. Kami naik dari pintu Sembalun. Kau nonton acara Jalan-Jalan Men kan? Kau pasti tau", kujawab dengan anggukan, "ya, kami naik dari situ". "Berapa lama?", potongku. "Lama. Malah kami terlambat mulai mendaki. Dari pos satu ke pos kedua butuh waktu satu jam. Beda gunung beda jumlah pos. Ada gunung yang punya pos banyak. Jarak satu pos ke pos lain hanya perlu waktu jalan 20 menit, kalau Rinjani beda. Malah ada yang jarak antar pos nya harus ditempuh dalam jangka waktu dua jam", dia menjela