Pongahku

Tadi malam sebelum tidur aku membuka kontakmu di Whatsapp. Aku tidak berencana membaca rentetan percakapan kita disana. Aku membuka media, melihat beberapa gambar yang saling kita kirimkan. Aku berhenti di beberapa gambarmu yang kau kirim padaku. Aku tersenyum, sesekali mengelus bagian pipimu difoto itu.
Bagaimana bisa aku menyayangimu dan sekarang memutuskan berhenti? Bodoh sekali aku!
Tidak semua orang tau bagaimana manjanya aku ketika aku memutuskan menjatuhkan rasa sayang ini pada seseorang.
Tapi aku benar-benar sudah memberitahumu saat pertama kali kita dekat. "Tidak apa", katamu.
Dan aku melakukannya padamu. Aku kadang kesal dengan rasa manjaku tapi entah bagaimana aku tetap melakukannya padamu. Dan kau selalu menanggapi sesuai kadar. Aku senang.

Kadang kau terlalu banyak bercerita. Kadang aku malas mendengarkan tapi begitu pun aku masih tetap mendengarkanmu. Walau jujur saja beberapa ceritamu lewat begitu saja. Hahaha... Kadang egoisku separah itu. Tapi percayalah aku tidak selalu begitu.

Lalu aku memutuskan berhenti.
Berhenti melanjutkan perasaanku. Berhenti menyayangimu. Kau bilang kau tidak bisa. Kujawab aku tidak peduli. Kau marah, aku tau. Aku tidak, aku tidak marah. Aku memang egois. Oh, aku sudah mengatakannya tadi.

Ya aku juga tidak bisa begitu saja meninggalkan semua kebiasaanku denganmu. Tapi kau tau aku kadang terlalu pongah pada diri sendiri. Aku bisa kok. Aku tidak peduli lagi padamu sesuai kata-kataku. Aku masih memperhatikanmu tapi tidak menjadikanmu bahan pikiranku.

Kini aku mengisinya dengan hal lain. Entah apa, aku tidak tau.
Biarkan tulisan ini menjadi saksi egoisku padamu dan pada jalan hidupku.
Sudah, itu saja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musim Kehilangan