Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2020

Hujan Pagi Ini

Awan mengurung air malam tadi Memutuskan menjatuhkannya pagi ini Ah, tidak ada kicauan burung! Mereka memilih menghangatkan tubuh di sarang kumpulan daun kering Aku meringkuk di tempat tidur Memutuskan menarik selimut sampai ujung leherku Tidak ada matahari lagi, ujarku ingin terlelap Kemarin pagi aku mencuci dan menjemur pakaianku Kurelakan basah karena hujan pagi ini Kadang aku merutuk kenapa tempatku menjemur pakaian tidak dinaungi kanopi Sia-sia sudah pewangi yang kucampurkan dalam rendaman terakhir pakaianku Belinya kan pakai uang? Tapi diluruhkan oleh si hujan pagi

Tentang hati : Setiap orang berhak memilih

Aku menulis ini di sebuah bangku di depan altar gereja katolik di Jakarta. Tidak boleh bermain hp di gereja. Iya, aku tau aturan itu. Tapi aku membuat pengecualian untuk diriku sendiri karena sedang tidak ada ibadah di tempat ini. Aku menunggu rombongan pengantin yang akan melaksanakan penerimaan sakramen perkawinan. Sekitar tiga puluh menit lagi. Entah kenapa, beberapa tahun belakangan ini aku sulit menulis cerita dari sudut pandang orang ketiga. Kali ini aku ingin menulis cerita yang alurnya sedang hilir mudik dipikiranku. Jadi kutuangkan saja dari sudut pandang orang pertama. Aku. Setiap orang berhak memilih. Untungnya aku hidup di negara yang memberikan keleluasaan pada setiap individu untuk bebas memilih. Beberapa waktu lalu aku dekat dengan seorang pria. Sudah lama kukenal, dan aku sudah menyukainya sejak lama. Hanya saja sejak kami berkenalan, dia sudah punya pacar. Wah, tembok pembatas pada perasaanku tentu saja kupasang tinggi dan kuat. Tiga tahun setelah kami berkenal

Pemikiran Siang Ini

Beberapa orang memutuskan untuk menjatuhkan hati pada orang yang tidak melakukan hal yang sama. Tidak bersambut, bahasa sederhananya begitu. Mari kucontohkan, diriku. Beberapa orang memutuskan menjatuhkan hati padaku, dan aku tidak melakukan hal yang sama. Tetapi keberanian mereka mengungkapkannya menjadi sesuatu yang luar biasa. Tidak semua orang bisa melakukan hal tersebut. Beberapa menyembunyikan perasaan mereka entah sampai kapan. Beberapa langsung mengambil kesimpulan bahwa tidak ada jalan baginya untuk memiliki hatiku. Tapi yang sedang kubicarakan adalah mereka yang memutuskan untuk mengatakan langsung padaku. Yang kemudian kutolak, dengan beragam alasan. Tadi sesuatu terlintas di kepalaku. Rasanya akan sangat bahagia sekali ketika mereka yang tidak bisa kubalas perasaannya mendapatkan pelabuhan terakhir. Rasanya manis sekali melihat mereka tidak menghentikan pencarian hingga akhirnya menemukan perhentian untuk benar-benar akhirnya tidak berpindah. Perhentian yang menyam