Berteman dengan Mantan? (draft 19 agustus 2020 - published)

Selama ini aku selalu memegang teguh pernyataan "mantan masih bisa dijadikan teman".
Karena beberapa mantan pacarku memang bisa kujadikan teman.

Lalu aku jatuh hati pada seseorang. Seseorang yang memperjuangkanku. Seseorang yang dilarang mendekatiku karena aku sudah punya pacar waktu itu. Lalu setelah aku putus dari pacarku itu, tidak ada lagi larangan untuknya mendekatiku.

Dia yang pertama kali jatuh hati padaku. Lalu dia berhasil membuatku jatuh hati padanya. Kami menjalani cerita lebih dari empat tahun lamanya. Kau bisa bayangkan apa saja yang sudah kami lewati selama empat tahun?
Ya, aku sempat berpikir dia menjadi pelabuhan terakhirku. Aku memintanya pada Tuhan. Namun takdir berkata lain. Aku hanya harus menghabiskan empat tahun untuk menikmati hidup dengannya karena setelah itu kami berpisah.

Apakah aku patah hati? Tentu saja! Aku tak tau bagaimana dengannya. Kulihat pria memang lebih mudah menyembunyikan perkara hati. Setelah melewati siklus patah hati, aku menerima bahwa kami tidak lagi bersama. Awalnya memang sangat sulit. Tapi lagi, aku percaya bahwa "waktu akan mengobati dan menjawab semuanya".

Aku akhirnya bisa berteman biasa dengannya. Sama seperti mantanku yang lain. Aku dan dia sempat sama-sama kosong, tidak bersama siapa pun. Sampai akhirnya dia menemukan pelabuhan hati yang lain. Yang ternyata adalah pelabuhan terakhirny.

Aku berterima kasih pada waktu. Yang mempertemukan dia dengan wanita itu disaaat aku sudah selesai dengan rasa sakitku. Jika aku belum selesai, entah perih seperti apa lagi yang harus kutanggung mengetahui dia bersama yang lain.

Setelah dia memiliki kekasih baru, beberapa bulan berselang aku pun akhirnya menemukan tambatan hati. Aku dan dia tidak lagi sering bertukar kabar. Memang setelah dia memiliki kekasih, aku cukup tau untuk tak menghubunginya. Aku rasa aku melakukan itu berdasarkan rasa saling menghargai diantara perempuan.

Lalu setelah itu dia pernah bertanya kabarku dan bertanya beberapa hal lain terkait pekerjaan. Kujawab seadanya. Dia juga bercerita tentang mimpinya bertemu aku, bertukar cerita di mimpi itu. Aku menanggapi baik. Aku juga pernah bermimpi tentangnya. Kadang kuceritakan, lebih banyak tidak. Karena mimpi itu indah sementara aku sudah mengenal diriku. Ketika aku sudah berpisah dari seseorang kemudian mendapatkan mimpi indah, maka artinya aku benar-benar harus merelakan dan melupakan orang tersebut. Maka dari itu aku menjaga tuturku padanya.

Lalu aku mengalami satu kejadia. Aku stuck pada pekerjaanku dan tidak tahu lagi harus bertanya pada siapa. Aku mengingat dia. Dulu, setiap kali aku mengalami masalah dengan pekerjaan ini, dia yang sellau membantuku. Kuberanikan bertanya, langsung pada akar masalahnya. Dia memberikan pendapatnya, mencoba membantu walau gagal. Masih sama seperti dia yang dulu.

Setelah itu percakapan kami menjadi panjang. Dia bertanya siapa kekasihku. Pertanyaan ini sudah beberapa kali diajukannya. Aku memang tidak mengumbar ke publik siapa yang menjadi kekasihku. Dia bilang "masa kau bersedih terus-terusan karena aku"
Aku bilang, "sedih karena kamunya sudah cukup. Kan aku sudah pernah bercerita bahwa hubunganku dan pacarku tidak ingin diumbar. Aku masih bersama dengan orang yang sama".

Kemudian dia memancing bertanya perkara pernikahan, kujawab hanya doakan saja yang terbaik. Kemudian aku bertanya bagaimana dengannya. Dia akan menikah setelah lulus kuliah, dia sedang melaknjutkan pendidikan S2 -nya.

Aku terkejut mengetahui aku tidak merasakan apa pun lagi. Aku tidak marah, cemburu, kesal. Biasa saja. Aku sempat teringat bagaimana kami menjalani empat tahun bersama lalu dia akan menikah dengan orang lain sebentar lagi. Kemudian lagi, aku tidak marah, cemburu, kesal atau sedih. Aku menyadari bahwa hidup bukan hanya tentang bertahan. Tapi hidup juga perkara melepaskan untuk kebahagiaan. Aku tersenyum. Aku tau aku pernah berdoa untuk kebahagiaannya dan kini dia mendapatkannya.

Bukannya mendoakan memang cara paling tulus dan paling dalam?
Aku pernah menyayanginya dan waktuku sudah habis. Sekarang aku harus menlanjutkan rasa sayangku pada orang yang menjadi kekasihku. Dia menyayangiku dan aku harus membagikan rasa sayangku juga padanya.

Aku rasa berteman dengan mantan memang tidak pernah salah.
Aku tau porsinya dan belajar arti kata "cukup".

Komentar

Postingan populer dari blog ini