Aku ingin sekali membencimu.

Aku ingin sekali membencimu.
Aku tidak tau kenapa, hanya saja ingin melakukannya.
Sayangnya aku bukan pembenci. Aku malah menjadi kesal pada diriku sendiri karena tidak bisa membencimu.
Alasan paling masuk akal adalah karena kau meninggalkanku. Yang sebenarnya dengan begitu saja kusetujui.
Hal yang tidak kau tau adalah aku menjatuhkan hatiku padamu setelah sebelumnya ada satu luka mendalam yang membuat hatiku tertutup sekian lama.
Hanya saja kau tidak tau, tidak peduli atau tidak mengerti, atau mungkin karena aku tidak memberi tahunya padamu.

Kini kau bersama seorang wanita lain. Yang sialnya lagi kukenal. Untung saja hingga kini hubungan kami baik. Kau memang tidak seharusnya menjadi masalah untuk kami. Hanya saja rasanya tetap ada yang mengganjal dihatiku.

Seperti hal yang biasa kulakukan, aku tau kapan aku benar-benar selesai dengan seorang pria.
Saat aku dan pria itu telah berpisah, lalu aku bermimpi indah tentangnya, disitulah artinya aku harus melepaskan dia. Kalau bicara melupakan, tidak ada yang bisa dilupakan. Dan kau belum muncul sebagai mimpi indahku.

Untukmu, aku tidak peduli kehidupanmu setelah kau memutuskan meninggalkanku. Hanya saja menyebalkan sekali mengetahui bagaimana kau menjalani asmaramu dengan temanku itu. Melihat kalian berdua liburan bersama, ah! Aku tidak cemburu, aku hanya kesal. Kesal karena setiap aku melihat apa pun yang berhubungan denganmu aku teringat bagaimana kau memperlakukanku, bagaimana aku mencoba menjadi sosok sempurna yang sebisa mungkin tak melakukan kesalahan, bagaimana menjadi pribadi yang kau suka sampai lupa menjadi diri sendiri, pribadi yang selalu bertanya pada diri sendiri apa kau nyaman jika aku begini, apa kau senang kuperlakukan begini dan segala macam hingga akhirnya kau meninggalkanku.

Aku sudah lama tidak mengingat tentangmu. Secara kebetulan wanitamu akhir-akhir ini jarang mengunggah tentang kemesraan kalian di media sosial. Dan kau, hadir di mimpiku. Sebagai mimpi indahku. Mimpi itu tidak lama. Kau ada, hadir, mengutarakan cinta tanpa berkata, lalu entah bagaimana aku hendak kau gapai dan ingin kubalas lalu tidak kesampaian. Semakin lama, jarak membuat kita jauh, jarak yang bergerak, bukan kita. Mimpi itu samar, aku sudah tidak bisa mengingatnya utuh. Aku terbangun disertai degup jantung yang cepat. Sial!

Aku merutuki kau hadir di mimpiku. Menghadirkan kesal yang sudah lama tidak kurasakan. Lalu aku sadar ini waktunya untuk melepaskanmu. Seharusnya kau tidak ada di bagian cerita hidupku. Entah bagaimana Tuhan menyelipkan cerita tentangmu di rumitnya hidup yang kujalani. Sial sekali!

Aku tidak suka!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musim Kehilangan