Kerinduan di Akhir Senja [4]

"Dia hubungi Intan lagi kak. Kakak kan tau gimana kerasnya Intan mau melupakan rasa bersalah Intan. Intan ga mau liat dia nangis kayak kemaren lagi"
"Tapi sekarang malah kamu yang nangis", kata Arif menimpali. Intan sudah mulai mau bercerita setelah ia terlihat tenang.
"Ya biarin aja. Aku jahat tau kak. Aku ga pernah liat cowok nangis demi ceweknya. Dia lakuin itu supaya ga pisah sama Intan. Dia tulus. Intan aja yang bego. Kayak mudah aja melepas dan mengubur semua ketulusan hati dia."
"Mulai deh dramanya", Arif melengos. Jika ia membiarkan Intan meneruskan ceritanya, pasti satu malam itu Intan akan mengulang semua kenangan-nya bersama pria yang membuatnya menangis itu.
"Yauda gini aja. Yuk ikut aku", Arif menarik tangan Intan ke kamarnya, "Foto ini, simpan ditempat yang ga bakal kamu liat lagi, atau kalau perlu, buang", Arif mengambil foto Intan dan pria-nya itu yang masi bertengger manis di meja belajar Intan. "Gimana kamu bisa lupain dia kalau foto kalian aja masih ada disini."
Dengan ragu, Intan mengambil foto itu dari tangan Arif, airmatanya menetes tepat diatas wajah pria yang ada di foto itu. Dia berlari ke arah dapur dan membuang foto itu ke tempat sampah. Arif yang mengikutinya terkejut, namun diam saja.

Mereka sudah berada di kursi di depan TV lagi. Sama-sama fokus melihat ke arah TV namun berkecamuk dengan pikiran masing-masing. Tiba-tiba Arif menggeser letak duduknya sehingga bisa menghadap ke arah Intan. "Tangan kamu kenapa, Tan?"
"Haah.. apa? Oh, ini. Jatuh. Kesandung di halaman sekolah, jatuh, luka deh", jawab Intan sambil memegang lengannya yang masih di balut perban.
"Besok jalan-jalan yuk, pulang sekolah", ajak Arif.
"Ayok !", Intan menerima ajakan dengan senang, "nah, uda jam 9, kakak pulang gih. And sorry soal tadi siang, uda ga sopan sama kakak".
"Besok traktir aku es krim aja sebagai permintaan maaf", kata Arif sambil beranjak.
"Oke", Intan mengacungkan jempolnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musim Kehilangan