Online Counseling, Why Not?

Aku merasa memerlukannya. Lalu aku mencari tau dan kutemukan beberapa sumber. Wah, ada yang gratis. Satu peluang baik untuk percobaan pertama. Aku melihat daftar yang diberikan dan membaca profil singkat mereka. Aku mencari tau jadwal yang berhubungan dengan kebutuhanku.

Aku menemukannya. Awalnya aku berpikir sesama jenis akan menjadi hal yang baik karena mungkin bisa langsung mengerti. Tapi setelah membaca profil mereka, aku menjatuhkan pilihanku pada seorang lawan jenis. Dan ternyata prosesnya tidak segampang yang kubayangkan. Masuk, pilih, lalu mulai sesi. Yang berminat pada sesi mereka yang gratis ternyata banyak sekali. Aku butuh dua minggu untuk berlomba mendapatkan satu sesi gratis dari dia yang sudah kupilih untukku dari awal.

Akhirnya aku masuk ke sistem mereka, mulai memilih jadwal dan memilih orang tepat di jam yang sudah ditentukan. Dapat.
Jadwal konsultasiku dengan seorang dokter psikolog adalah hari Jumat pukul 19.00 s.d 20.00 secara daring via sistem yang mereka punya.
Aku senang sekali dan tentu saja deg-degan. Aku memang memilih untuk daring karena belum benar-benar siap untuk tatap muka.

Aku sudah mengirimi dokterku cerita singkat tentang apa yang ingin kukonsultasikan. Aku berharap dia membaca, mengerti dan bisa memberiku sesuatu di satu jam sesi kami bersama.

Jumat tiba, aku sibuk dengan latihan paduan suara. Pikiranku terbagi dengan sesiku yang sangat singkat dan kubutuhkan itu. Tepat pukul 19.00 dia mengirimiku pesan, memperkenalkan dirinya dan bertanya bagaimana kabarku.

Setelah itu dia langsung masuk ke intinya. Mungkin karena sesi kami hanya satu jam, dia membuat semuanya efisien. Dia bertanya bagaimana awal ceritanya. Mengapa aku merasakan hal-hal itu. Aku membalasnya dan mulai tidak konsentrasi dengan latihan paduan suaraku. Aku menyanyi sambil mengetik.

Lalu ada bagian panjang yang aku ceritakan dan akhirnya aku mengiriminya pesan suara. Untung saja aku duduk di belakang saat latihan dan itu adalah sesi istirahat. Dokterku tidak keberatan aku bercerita via pesan suara.

Satu jam ternyata waktu yang sangat singkat. Beberapa kali airmataku tergenang saat konsultasi dengannya, tidak sampai jatuh. Pukul delapan lewat dan dia mengatakan akan memberi setengah jam waktu tambahan padaku untuk bercerita. Baik sekali!

Rasanya bercerita dengannya seperti tatap muka langsung. Harus kuakui, aku tidak pernah menemukan respon seperti yang dia berikan dari teman-temanku yang selama ini pernah kuceritai tentang masalahku ini. Mungkin ada bantuan dari diriku sendiri yang berkata bahwa dia adalah seorang profesional sehingga dia tau porsi yang harus diberikan padaku.

Ya, jawaban-jawaban yang diberikan oleh dokter psikolog itu benar-benar masuk akal dan bisa kuterima. Dia memberiku beberapa pilihan untuk melanjutkan atau berhenti dari masalah yang kudiskusikan tersebut. Tentu saja dia tidak langsung menyuruhku memutuskan apa yang harus kulakukan. Dia memberiku waktu dan kebebasan.

Setelah sesi kami selesai dan aku mengucapkan terima kasih, ada satu sisi "plong" dalam hatiku. Inilah yang kubutuhkan selama ini. Dan pada saat itu juga aku bisa memutuskan untuk memilih apa dan bagaimana.

Percaya atau tidak, hal yang menggangguku lebih dari delapan tahun akhirnya bisa kulepas. Aku merasa aku bisa dengan bijaksana memberi ruang untuk diriku sembuh. 

Syukurnya aku langsung menemukan dokter psikolog yang tepat dan nyaman untuk kuceritai masalahku. Karena beberapa teman bercerita, bukan hal mudah menemukan psikolog yang tepat dan membuat mereka nyaman.

Terima kasih


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musim Kehilangan