Bangga sama diri sendiri? Siapa takut!

Salah satu hal yang membuat kita bahagia adalah bangga dengan diri sendiri.

Satu kalimat diatas terlintas setelah pembicaraan dengan beberapa teman kemarin malam.
Berada dalam satu lingkungan yang sangat berbeda dari lingkungan sebelumnya memang menjadi hal menarik untuk dijelajah kemudian diceritakan.

Contohnya adalah tentang merokok. Lingkungan yang sekarang aku hadapi membuat keyakinan yang selama ini kupegang teguh, runtuh. Aku paling tidak suka dengan orang yang merokok, apa lagi perempuan. Penyebar penyakit! Begitu kataku.
Lalu setelah berada dalam lingkungan yang mayoritas adalah perokok, bahkan perempuan juga melakukannya, aku mulai mengkaji ulang keyakinanku.
Merokok adalah pilihan setiap orang. Walaupun kita tidak suka, orang lain tetap saja merokok. Jadi, yang bisa dilakukan adalah bukan memaksa orang berhenti merokok, tapi menjaga saja agar tidak selalu bergumul dalam kepulan asap rokok.

Lagi-lagi lingkungan memaksaku menerima beberapa hal menyebalkan. Contohnya adalah rekan kerja. Mereka senang sekali bekerja di smoking room, padahal beberapa kali aku harus bekerja bersama dengan mereka. Kadang mereka mengerti, mengajakku ke area non smoking room untuk bekerja, kadang aku yang harus mengalah bergumul di kepulan asap rokok di ruangan itu.
Teman lain yang tidak pernah melihatku merokok, sering bercanda ketika melihatku di smoking room, "lu ngerokok sekarang? rokok apa?"
Tidak jarang juga aku bertanya pada mereka, "apa rasanya mas? boleh coba ga?"
Ada yang melarang, "ah, ga usah."
Tapi ada juga yang mengatakan, "coba aja sendiri. Paling ga, pernah ngerasain."

Ya, seharusnya tidak ada yang salah dengan mencoba. Kalau bisa mengontrol diri, kita bisa mencoba tapi tidak menjadi kecanduan, bukan? Itu juga pilihan masing-masing.
Tapi entah ada keyakinan apa, aku tidak ingin mencobanya. Disitu saya merasa (sedih) bangga.

Pembicaraan lain tadi malam adalah tentang weed.
Woow.. menarik.
Kalau penasaran, silahkan tanya om Google "weed in Colorado."
Ya, seorang teman tinggal cukup lama di Colorado, tempat dimana benda itu legal, bahkan kita dengan mudah menemukan Cannabis Station disana. Dan yang paling menyenangkan adalah kita dapat menemukan benda itu di vending machine (pilih bentuk apa ya? yang rasanya gimana ya?)
Disana benda itu dicampurkan bersama coklat, permen dan sejenisnya. Tidak perlu mengkonsumsi pun, kita sudah tercemar.
Bahkan pemerintah di negara itu sudah menyerah, maksudku mereka sampai mengembalikan kembali pajak yang sudah dibayarkan masyarakat.
Pendapatan disana tinggi sekali, jadi walaupun diberikan pajak yang sangat tinggi pada benda itu, tetap saja mayoritas orang disana mengkonsumsinya.
Dan jika bertanya tingkat kekerasan? Rendah.
Memiliki teman dengan banyak latar belakang, salah satu contohnya adalah yang diceritakan tadi, sebenarnya membuatku gampang mendapatkan benda seperti itu, tapi rasanya keteguhanku untuk itu (belum) tidak akan runtuh.

Kadang aku ingin menjadi laki-laki, karena rasanya laki-laki lebih mudah untuk pergi sendiri kemana pun dia mau. Untuk ukuranku yang adalah perempuan, orang tua masih sering mengingatkan,
"Jangan pergi sendiri, kau perempuan"
atau ...
"Jangan pulang terlalu malam, kau perempuan"
atau ...
"Itu perginya sama siapa? ada perempuan ga?"

Pertanyaan-pertanyaan semacam itu memang jadi pengingat akan kekhawatiran orang tua pada anak perempuannya. Dan untuk perempuan semacam aku, kadang itu menyebalkan.
Ada beberapa hal yang mungkin pernah kulanggar, misalnya pulang larut malam. Tapi ada hal yang tidak pernah kulanggar, paling tidak sampai saat ini, pergi jauh sendirian.
Bukan semata-mata karena aku takut, aku malah ingin sekali melakukannya, tapi aku masih mengerti kekhawatiran orangtuaku.

Berbaur dengan orang baru adalah hal yang tidak sulit untuk dilakukan. Sekali lagi, aku bangga akan hal itu. Karenanya aku tidak takut jika harus dilepas dimana pun. Satu-satunya hal yang paling kutakutkan adalah, jika ada pria nakal mengganggu atau menculikku, wajar, aku perempuan, sekuat apa pun fisikku, kesempatan untuk kalah lebih besar. Hahaha...
Karena kemampuanku berbaur itulah akhirnya aku menemukan beberapa teman dengan hobi yang sama, jalan-jalan.

Untuk setiap hal yang kubanggakan tadi, hal yang paling kubanggakan adalah, orang tuaku. Terima kasih sudah menjadikanku seperti ini.
Maksudku, aku tidak akan menjadi pribadi yang seperti ini jika tanpa mereka.
Dan tentu saja, terima kasih pada Tuhan, yang memang ada, yang kurasakan selama ini apalagi setelah aku merantau. Dia masih menjaga nyawaku hingga detik ini, entah karena ...
aku sangat berdosa dan belum bertobat 
atau ...
karena aku harus menyelesaikan keinginan jalan-jalanku sebelum dipanggil 
atau ...
ada rencana lain yang harus kutuntaskan di dunia ini.
Haha ...

Aku menghargai diriku dengan bangga karena hal-hal itu. Bukan berarti aku tidak pernah mengasihani diriku sendiri. Pernah... ah, cerita tentang itu nanti-nanti saja.
Nah, maksudku berbagi hal ini adalah banyak hal yang membanggakan dari diri kita yang kadang tidak kita sadari, tidak kita syukuri.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musim Kehilangan