Apa yang Anda ketahui tentang Timika, Papua. Ini yang kuketahui. [YOU MAY SURPRISE]

Beberapa waktu lalu aku memiliki kesempatan untuk saling bertelepon dengan salah seorang teman lamaku. Hampir 3 tahun kami tidak saling bertukar kabar.
Terakhir yang kuketahui dia masih menjadi mahasiswa di salah satu universitas negri di Sumatra Utara.
Kemudian tanpa sengaja, minggu lalu aku mengetahui keberadaannya dari salah seorang sahabat. Katanya ia sudah merantau. Jauh. Ke salah satu kota di bagian timur Indonesia.
Papua, tepatnya Timika.

Media sosial yang akhirnya membuat kami saling bertukar kabar dan bertelepon.
Setelah "say hello" dan basa-basi, aku tak sabar ingin mendengar ceritanya. Intinya dia merantau jauh hanya ingin mengadu nasib (read : cari kerja)

Ternyata baru satu bulan ia berada disana. Berada di Timika bersama salah satu keluarga dari ibu dan bapaknya. Timika adalah ibukota kabupaten Mimika yang terletak di provinsi Papua. Kita mungkin tak asing lagi dengan "Timika" ini. Ya, karena di wilayah ini beroperasi salah satu perusahaaan tambang terbesar di dunia asal Amerika Serikat, Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc.

Bukan tentang Freeport yang akan kami bahas (walaupun akan terbahas sedikit). Tapi tentang pengalamannya 1 bulan yang cukup mencengangkan bagiku.
Langsung saja :

  1. Aku berpikir pasti dia semakin hitam disana (if you know what i mean). Dan ya, matahari disana memang luar biasa menyengat, akunya. Oleh sebab itu dia memilih untuk menggunakan baju berlengan panjang atau jaket saat keluar rumah dan pengakuannya lagi, dia tidak semakin hitam. Apa yang membuat masyarakat disana berkulit hitam? Selain karena keturunan, juga karna mereka merasa tidak masalah jika keluar rumah tanpa menggunakan baju.
  2. Aku berpikir bahan makanan disana pasti sangat mahal. Ternyata tidak juga. Sekali makan mungkin menghabiskan sekitar 15rb-20rb. Standar bukan? Tapi kalau ke pelosok papua, bahan makanan memang mahal karena jika tidak ada jalur darat bahan makanan akan dikirim via pesawat. Perkampungan di papua biasanya diapit oleh gunung. Bayangkan saja jika harus berkunjung ke kampung sebelah harus naik dan turun gunung.
  3. Tentang Freeport, ternyata tidak semua orang bisa masuk ke kawasan itu. Jika kita ingin memasuki kawasan tersebut, kita harus memiliki semacam ID Card. Dan karena keluarga temanku itu memilikinya, beberapa waktu lalu dia sempat pergi kesana dan melihat betapa spesialnya kawasan tambang itu. Just it! Kembali ke kehidupan normal temanku ...
  4. Sampai saat ini, "perang" menjadi hal yang biasa bagi masyarakat disana. "Waktu pertama kali melihat orang berperang, aku langsung berpikir kalau aku salah tempat karena memilih disini menjadi tempat perantauanku", aku temanku itu. Tapi setelah satu bulan, "perang" bukan menjadi hal mengerikan baginya. Pernah beberapa kali terjadi perang tepat di depan rumahnya. Uniknya, orang yang berperang disana punya tata aturan masing-masing. Ya, jika perang tersebut melibatkan 2 kelompok, maka memang 2 kelompok itu saja yang berperang. Mereka tidak akan menyerang orang lain. Ibaratnya mereka tau lawan mereka siapa. Seperti temanku itu, saat melihat perang di depan rumahnya, mereka hanya bergumam "Oh...". Fyi, katanya mereka tidak akan menyerang orang, khususnya perempuan, yang berambut lurus. Alasan? Karena sepertinya mereka pasti menganggap itu adalah pendatang. Apa sebab mereka berperang? Beragam. Salah satunya karna mabuk. Sepertinya alasan karena "mabuk" itu menjadi alasan yang sangat biasa bagi masyarakat Indonesia sebagai sumber suatu masalah.
  5. Entah kenapa, masyarakat papua tidak menjadi dominan di kota Timika. Mereka lebih dominan tinggal dipinggir kota. Bagian kota-nya malah lebih dipenuhi oleh suku lain seperti jawa, manado, batak, dll. Sepertinya teman-teman pembaca boleh menyimpulkannya nanti setelah membaca beberapa poin dibawah ini ^_^
  6. Masyarakat disana belum semua melek teknologi [1]. Masih sangat sedikit masyarakat yang memiliki televisi. Televisi disana menjadi kebutuhan tersier. Jika ada satu rumah yang memiliki televisi dan menyalakannya, maka masyarakat berbondong-bondong datang untuk nonton televisi bersama.
  7. Masyarakat disana belum semua melek teknologi [2]. Beberapa dari mereka memang sudah ada yang memiliki smartphone. Tapi ternyata belum banyak dari mereka yang bisa menggunakan semua kemudahan yang ditawarkan oleh smartphone tersebut. Mereka tetap menggunakan smartphone mereka layaknya hp console biasa, untuk SMS dan telepon. Bahkan ... Masih banyak dari antara masyarakat disana yang belum begitu paham menyebutkan nomor telepon. Apa buktinya? Keluarga temanku disana memiliki counter pulsa. Rata-rata masyarakat yang datang kesana akan mengatakan, "Mau isi pulsa". "Berapa nomornya?". "Ini. Saya tidak bisa baca nomornya". Begitulah. Mereka hanya akan menunjuk ke layar hp sederet angka berisi nomor hp. Bagi mereka bisa telepon, sms dan memutar lagu dengan suara sangat kuat sudah memiliki kepuasan yang luar biasa.
  8. Masyarakat disana belum semua melek teknologi [3]. Saat temanku video call kepada orangtuanya, orang-orang yang melihat sangat terkejut. Mereka berkata, "wah, bisa ada gambarnya di hp, bisa ada yang kelihatan bicara". Wajah tercengang dari mereka yang mungkin sulit untuk kubayangkan. 
  9. Masyarakat disana belum semua melek teknologi [4]. Saat temanku membuka laptop, orang-orang disana bertanya "Benda apakah itu?". "Laptop", jawab temanku. "Berapa harganya?". "6 juta". Setelah dikatakan seperti itu tidak ada lagi yang bertanya. Kemudian aku bertanya pada temanku itu, "Mereka ga nanya itu untuk apa?". Temanku menjawab sekenanya, "Enggak. Kayaknya karena mereka mendengar harganya mahal, jadi tidak bertanya lagi".
  10. Sepertinya pendapatan masyarakat biasa disana tidak begitu besar. Tapi ternyata pemerintah setempat memberikan kebebasan kepada siapa saja putra daerah untuk membuka usaha. Mereka akan diberikan modal dana sekitar 7jt untuk memulai usaha mereka. Uang tersebut akan dikembalikan setahun kemudian tanpa bunga. Perhitungannya, dana pertama 7jt, dan tahun depan dikembalikan 7jt, kemudian pemerintah memberikan lagi pinjaman 14jt untuk melanjutkan usaha, dan tahun depan dikembalikan 14jt, kemudian pemerintah memberikan lagi 28jt agar usaha mereka terus berkembang, dan seterusnya. Kalau dipikir-pikir, peluang yang sangat bagus bukan? Tetapi ... masyarakat disana cenderung tidak berhasil membuat usaha mereka tetap bertahan. Kenapa? Karena ketika mereka mulai memperoleh untung yang lumayan besar, mereka akan mulai menghambur-hamburkan uang mereka untuk beberapa hal yang tidak penting. Akhirnya, bangkrut.
  11. Lagi, ternyata disana ada beberapa orang yang umurnya sama dengan aku, tapi masih kelas 6 SD. Bisa bayangkan? (kalau mau tau umur saya, silahkan tanya secara pribadi ^^). Jadi banyak anak yang tidak mampu mengikuti pelajaran sehingga dia bisa menghabiskan usianya dibeberapa tahap yang sama. Misal kelas 3 sd dijalani selama 2 tahun, kelas 5 sd dijalani selama 4 tahun. Kalau ditanya sekolah? Ada, walaupun temanku tidak tau persis bagaimana fasilitas di sekolah tersebut. Hanya itulah sedikit kenyataan yang terjadi disana
  12. Hal yang paling mencengangkan buatku adalah ... Mereka jarang sekali mandi. Temanku bilang ada orang disana yang tahan tidak mandi selama 1 bulan. Haahh??? Yaaa... dan mereka pasti sangat senang ketika hujan datang . It means mereka mandi. Tapi yang tidak terduga lagi, mereka tidak akan ganti baju setelah hujan-hujanan. Kalau kata orang, bajunya kering di badan. Aku sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana aroma mereka. Alasan mereka tidak mandi? Simple. Karena malas.
  13. Hal yang paling mencengangkan juga adalah, ketika mereka membeli detergen dan bayclin (pemutih). Temanku sudah sedikit tersenyum karena ia berpikir, "wah, berarti mereka akan mencuci baju hingga bersih". Kenyataannya adalah, mereka mandi. Mandi menggunakan detergen dan bayclin sebagai ganti sabun. Cukup mencengangkan??? Ya... I can't believe it! Mereka menggunakan semua itu ke badan, wajah dan rambut mereka. Dan... banyak dari mereka yang tidak kenal "sikat gigi". Pengalaman dari temanku juga, saat ia harus sikat gigi di belakang rumah karena ada yang menggunakan kamar mandi di dalam rumah. Banyak orang yang mengerumuninya dan melihat ke arah mulutnya seakan berkata, "woow.. hebat. Bagaimana bisa keluar busa dari mulut orang ini? Apa yang terjadi?"
Banyak hal luar biasa yang menjadi pelajaran bagi temanku disana. Ia bilang, "karena banyak hal baru dan seru inilah makanya aku masih bertahan disini. Walaupun pertama kali sampai disini, banyak sekali orang yang tertawa saat melihatku (itu sama seperti saat di kampung kita datang orang dari timur yang "cukup berbeda" dengan kita)"
Pelajaran luar biasa lagi adalah,
Dia tidak pernah menemukan suku dimana pun di Indonesia se-ramah suku di Papua. Ya, mereka sangat senang untuk bertegur-sapa. "Selamat pagi mama, selamat siang papa, selamat sore kaka"
Dan mereka sangat murah hati. Sepertinya melihat sunggingan senyum tulus dari mereka membawa semangat baru bagi yang melihatnya
Kehidupan bertetangga disana juga masih sangat dekat. Kekeluargaan sangat terasa. Bayangkan saja pintu rumah lebih sering terbuka untuk orang lain. Menonton bersama, bercanda bersama

Dari banyaknya cerita kami, aku ingin sekali berkunjung kesana :D
Melihat betapa kayanya papua dan mengenal perbedaan lewat mereka dan kehidupan di dalam mereka.
Lewat pembicaraan via telepon itu banyak rasa syukur yang kurasakan berada di tempatku kini.
Semangat cari kerjamu, teman :)
Btw, dia berjanji akan mengirimkan beberapa foto dirinya disana bersama orang-orang disana. Kita tunggu saja :D

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musim Kehilangan