Rasanya tidak adil tapi hal ini terus menari di kepalaku.
Banyak pertanyaan yang tak bisa kulontarkan begitu saja.
Ingin sekali rasanya menjadi egois, jika boleh pertanyaan-pertanyaan ini akan kusampaikan tanpa merasa bersalah :

  1. Aku harus menunggumu sampai kapan?
  2. Melihatmu begitu-begitu saja, tidak ada perubahan, sampai kapan aku harus bersabar?
  3. Apa boleh aku memilih pergi saja, berpisah dan mencari jalan hidupku yang lain?
Bukan tanpa alasan.
Sudah kucoba bersabar dan memikirkan semua pengorbananmu dan kebaikanmu selama ini.
Menurutku, kau adalah salah satu orang yang mampu menerima dan meng-handle gilaku yang kadang tak kusadari. Lebih sering hal itu menyakitimu, aku tau.

Tapi aku mau bertahan sampai kapan?
Ketidakjelasan ini sangat menyiksa!
Rasanya aku berhak untuk kebebasanku, lalu aku selalu memikirkan, bagaimana kau?

Tapi egoisku sering sekali berkata, hidupmu bukan tanggung jawabku. Itu adalah tanggung jawabmu.
Tidak bisa kita saling ketergantungan.
Mari saling hidup diatas kaki kita masing-masing.

Lelah sekali.
Aku malah bertanya, apa aku sayang? atau aku kasihan padamu?
Aku saja tak tau jawabnya.

Oh ya, aku ingin sekali pasangan katolik
Aku ingin sekali menikah di katolik
Aku ingin sekali pasanganku mengajakku berdoa dan bertumbuh dalam iman bersama
Aku ingin sekali bisa memuji Tuhan bersama

Entah bagaimana cara Tuhan membawa ini ke suatu muara
Apakah berpisah atau bersama
Aku tetap menghidupi doaku dan inginku
Kau, aku tidak tau

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Politeknik Informatika Del

Musim Kehilangan