Kau, Masa Lalu Priaku yang BELUM Selesai

Sebelum aku memutuskan menulis ini, aku mencoba untuk menjadi dirimu. Maksudku ada di posisimu jika seorang perempuan menyampaikan ini padamu. Aku tidak mendapatkan gambaran. Aku benar-benar tidak mengenalmu. Hanya tau namamu dan sedikit cerita tentang kau dan dia. Karena aku tidak peduli, awalnya. Dan seharusnya selalu begitu. Tapi keadaan mengubahnya. Mungkin kau tau maksudku.

Ya, aku bersama priamu, sekarang.
Aku, entah dipilih atau memilih, sedang mencoba menciptakan dan menjalani apa yang pernah kalian lewati dulu, dengan cara kami berdua.

Sesuatu mengusikku belakangan ini. Kau dan dia, kalian, masih menjalin komunikasi. Tidak salah, tapi kurang pantas. Maksudku ini bukan tentang dia saja, ini tentang kau. Kau dan priaku punya satu kesamaan, saling menginginkan tanpa pernah lagi bisa bersama. Kau cukup tau alasannya. Dan kalian saling menyadarinya.
Aku yang masih menjadi bayang-bayang diantara kalian sedang berkecamuk dengan pikiran sendiri, apa aku harus menyerah pada kami atau melanjutkan dengan resiko selalu ada kau di dalam dia.
Aku menjalani banyak cerita sebelum ini. Jadi aku cukup tau posisimu. Ingin memperhatikan dan diperhatikan walau dengan keadaan yang sudah tidak lagi sama.
Kemudian aku berada di perasaan bersalah. Sepertinya priaku juga belum selesai dengan masa lalunya, kau, tapi logikanya juga bekerja dengan baik, meyakinkan aku bahwa kalian tidak mungkin bersama.
Lalu aku harus apa?
Berusaha lebih kuat sementara kalian masih ...
Ah, rumit ya

Bisa saja tidak, jika aku memilih untuk berhenti. Mempersilahkan priaku menyelesaikan semua hal dalam dirinya dengan masa lalunya, tapi separuh hatiku tidak memperbolehkannya.
Hati dan pikiran sering tak sepaham, kau juga pasti pernah merasakannya.
Sekarang semua tergantung padaku.
Menurutmu aku harus bagaimana?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musim Kehilangan