Sepertinya Tuhan sudah bosan denganku

Jadi,
Tadi malam aku pulang lebih cepat dari kantor karena ada kegiatan GR sebelum konser yang akan kuikuti pada Sabtu minggu ini di gereja. Aku melangkah melewati lorong jalan menuju tempat pemberhentian bus TransJakarta. Aku naik dan berganti bus di salah satu halte besar sebelum melanjutkan perjalanan menuju ke gereja. Di bus kedua, aku menggunakan headset dan membuka Youtube. Aku mengikuti beberapa channel dan salah satu channel baru saja mengunggah sebuah video. Setiap episodenya selalu kuikuti, judulnya "Kenapa Belum Menikah?" episode 9.

Di awal cerita aku sudah menebak polemik yang dihadapi si aktor dan aktris. Pada menit kelima akhirnya ia memperjelas tebakanku, dan benar. Langsung saja ku pause dan pikiranku melayang. Aku benci pada momen seperti ini tapi tetap saja aku memaksa diriku untuk menikmatinya. Aku turun di halte yang dekat dengan gereja dan melewati jembatan penyebrangan jalan. Di depan mataku terlihat tugu monas dengan lapisan emas pada bagian atasnya. Pikiranku langsung cepat me-reka ulang kejadian bagaimana pertama kali dia menunjukkan monas padaku. Lalu tanpa terkontrol semua kejadian bermain dalam otakku tanpa bisa kucegah. Percayalah, ia tak bisa kucegah !

Tentu saja kemudian airmataku jatuh. Untung sudah malam dan tak begitu banyak lalu lalang orang. Kuseka air mataku dan kutarik nafas dalam-dalam, airmataku jatuh lagi.

Jam sudah menunjukkan pukul 19.28, dua menit menuju jam dimulainya GR. Tapi aku tidak langsung masuk menuju ruang latihan. Walau otakku memerintahkan langsung saja ke ruang latihan, kakiku berjalan kearah yang lain, seperti diperintah oleh sesuatu yang lain dari dalam diriku. Aku melangkah ke sebuah tempat yang dari jauh dipenuhi cahaya lilin kecil. Aku melangkah ke samping kanan tempat itu, melihat ke arah patung, menyentuh sebuah batu dengan tanda "Batu dari Lourdes" dan mengambil sebuah lilin, menyalakannya, lalu aku duduk dan mulai membuat tanda salib.

Aku menyapanya, "Hai Bunda, sudah lama tidak bercerita", kataku setelah mata tertutup.
Lalu aku menyampaikan sesuatu yang sebenarnya aku sendiri bingung, ada apa denganku. Aku membiarkan airmataku jatuh dengan keadaan mata tertutup. Tadi aku melihat ada dua orang yang sama denganku ditempat itu, tidak begitu kupedulikan jika mereka melihatku. Ku akhiri dengan AMIN dan memandangi patung Bunda Maria di dalam gua di salah satu sudut lingkungan gereja. Ia tersenyum. Aku tau dia mendengarkan batinku yang aku sendiri tidak mampu memahaminya.
"Terima kasih Bun", kataku dan berlalu pergi.

Lalu pagi ini keadaan memperjelas sesuatu. Sesuatu yang sudah aku tau sebelumnya tapi kucoba untuk menepisnya. Rasaku Tuhan seperti sedang bilang, "Kan kemarin Aku udah ngasi tau. Kenapa masih ngeyel sih? Nih aku kasitau lagi. Udah ya !"
Setelah mengetahui hal tersebut aku tertawa, mengambil sebuah keputusan besar untuk memaknai kata-kata "Udah ya" itu.

Iya, aku sudah sampai pada titik dimana aku harus berhenti. Empat ratus lima belas hari proses pemulihan diri sendiri tanpa siapa pun seharusnya lebih dari cukup. Khayalan gila pikiran harus segera kuhentikan. Harus segera kubersihkan agar setelah ini aku bisa mempersilahkan orang lain yang menguasai khayalan gilaku untuk kemudian kunikmati tanpa harus kuhancurkan dalam waktu singkat.

Terima kasih sudah sampai bosan denganku.
Terima kasih sudah menyampaikannya pada Putramu, Bun.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musim Kehilangan