Ini Kenangan, Aku Rindu, Salah?

Eh, kita bersahabat, bukan?
Menghabiskan masa sekolah dengan jalan kaki bersama setiap pulang sekolah.
Aku dan beberapa teman dekat kita, beberapa kali memaksa untuk mampir ke rumahmu, tapi selalu kau larang.
Hingga suatu hari kami mengambil satu gerakan nekat. Menaiki bis yang kau tumpangi saat bis itu sudah mulai jalan sehingga kau tak bisa melarang kami untuk ikut.
Entah apa alasanmu melarang kami waktu itu.
Dan kau tau apa yang kami rasakan saat kami sampai di rumahmu?
Kami senang sekali !
Rumahmu tenang, nyaman, damai.
Kita masak mie instant bersama waktu itu, aku ingat!
Beberapa kali setelahnya kita malah pernah menginap bersama di rumahmu karna kami suka suasananya.

Ah, kau ingat juga tidak, kau pernah menunjukkan padaku laki-laki yang menjadi pacarmu, yang tidak satu sekolah dengan kita, yang menunggumu setiap pulang sekolah di terminal bis. Aku masih ingat saat pacarmu duduk di salah satu motor di terminal itu saat menunggumu.
Suatu kali kau juga pernah menunjukkan rumah pacarmu yang sudah menjadi mantanmu sekarang. Sepertinya lama sekali baru kau bisa move on darinya kan?

Aku juga ingat kejujuranmu tentang keadaan keluargamu. Bagaimana aku melihat kau tulus sekali bercerita, sampai kau menangis.
Satu lagi pelajaran luar biasa darimu untukku pribadi. Apa lagi aku tau sekarang keadaan keluargamu bagaimana. Satu pengalaman berharga ! Terima kasih sudah mau berbagi.

Lalu kita terpisah setelah tamat sekolah, aku melanjutkan kuliah dan kau memilih kerja selama satu tahun di kota lain bersama kakakmu. Tahun berikutnya kau memutuskan untuk melanjutkan kuliah. Lagi, berbeda kota denganku dan beberapa teman dekat kita.
Kita semakin jauh, hanya sesekali terdengar kabar lewat jaringan telepon.
Aku rindu sekali !
Kadang aku menangis setelah bertelepon denganmu dan satu teman dekat kita yang satu kota denganmu. Perpisahan kita menyakitkan ternyata ! Tapi kita harus terbiasa dengan itu.

Kabar baru aku tau kau punya pacar, masih ada hubungan keluarga denganmu kalau tidak salah, kalian sudah berlibur bersama, kau terlihat berbahagia sekali. Dia benar-benar laki-laki baik. Aku senang sekali.
Ya, kau bercerita, aku lupa tepatnya kapan. Dan aku turut mendoakan kebahagiaanmu.

Lalu Tuhan mengantarkan langkahmu ke Jakarta. Kota tempat aku sudah merantau tiga tahun.
Hari dimana pesawatmu berangkat, aku masih meneleponmu.
Kau bercerita, masih mencari pekerjaan katamu.
Tapi sampai saat dimana kau mendapatkan pekerjaan, pindah kost, menjalankan pekerjaanmu, kau tak mengabariku juga.
Aku tau tipemu. Bukan tipe orang yang membuka pembicaraan terlebih dahulu.
Tidak apa.
Aku melihat update-an mu di media sosial. Sudah cukup.
Tapi setelah itu aku rindu lagi
Akhirnya aku menanyaimu.

Apa yang membuat aku terkejut?
Jarak tempat tinggal kita tak lebih dari lima kilometer dan kita belum pernah bertemu :(

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musim Kehilangan