Cerita

Hari ini tidak terlalu panas. Jadi hati ini lebih enteng menjalani hari.
Aku teringat pada cerita seorang gadis padaku. Sebut saja Tania.

"Bukan kami yang mau dipisahkan oleh jarak, kak", lanjut Tania yang sedari tadi hanya ingin didengarkan.
"Kami terpaksa, menjalani aliran ritme hidup yang seperti ini. Kalau bisa, aku malah ingin 1 kampus saja dengannya. Aku rela kok beda jurusan asal aku bisa melihatnya dan bersamanya setiap hari. Kau bisa bayangkan kak? Aku yang setiap hari selalu bersama dengannya, berangkat sekolah, saat jam istirahat, pulang sekolah, les sore bareng, bimbel bareng, tiba-tiba... harus pisah, jauh. Kadang hati itu rasanya remuk rapuh gitu kak. Waktu tarik nafas, nyesek banget. Kayak ga sanggup nafas kalo ga ngeluarin bulir air mata. Kadang waktu lagi serius-seriusnya belajar, hati bisa aja ga tau diri mikir ke dia dan hatinya sakit lagi. Bukan apa-apa kak kalau dia rajin memberi kabar. Ya, kakak tau lah bagaimana dia. Sebenarnya waktu 4 tahun aku mengenalnya belum cukup untuk benar-benar mengerti dan menerima sikap dia yang acuh tak acuh itu kak. Yah, begitu la dia. Tipe pria yang jika mencintai 1 wanita, ya sudah, dia akan setia pada wanita itu. Dan aku cukup beruntung karena wanita itu adalah aku. Tapi, dia bahkan lebih menjunjung rasa percaya daripada komunikasi kak. Padahal kan aku tetap aja cewek, yang kadang kadar manjanya gak ketulungan, yang bahkan akhirnya manjanya lebih ke nyebelin. Tapi coba kakak mikir, emang aku mau manja-manja ke siapa lagi. Ke dia la kan kak? Kakak tau gak sih, 3 bulan pertama jauh dari dia itu fase paling sulit. Ibarat kakak biasa jalan pake kaki, terus sekarang disuruh jalan pake tangan, sakit kan kak. Ya gitu, dia kayaknya kuat banget gak komunikasi sama aku kak. Aku? Ya ampun, kadang kadar memohonku itu uda bisa dibilang overdosis ! Tapi tetap saja dia gak berubah. Yang kulihat malah, dia seperti tidak peduli. Tidak menanyaiku, seakan dia berpikir, "kau kan sudah dewasa, kau pasti tau apa yang terbaik untuk dirimu sendiri". Dia mempercayaiku 100% kak. Terkesan, ya terserah deh kamu mau ngapain di sana, yang penting kamu yang harus tau batasan, gitu. Nyesek banget ga sih kak?"

Aku hanya diam, terhenyak, kemudian dia melanjutkan lagi.
"Terus setelah sekarang, kakak tau ga aku belajar apa dari semua ini?", dia melirik kearahku. Aku hanya mengangkat bahu pertanda tidak tau.

"Dia itu keras ke aku kak. Keras sampe bikin aku nangis-nangis dan dia gak peduli. Itu cara dia biar aku ga manja. Kakak tau, dia ga balas BBM ku, kadang di read, kadang sama sekali ga di read, ga balas sms ku dan yang lebih parah ga angkat teleponku. Kakak tau rasanya? Itu yang buat aku nangis. Gimana lagi coba cara aku komunikasi ke dia. Kadang aku nanya ketemannya dong kak, dia ada dimana, dia baik-baik aja gak. Cuma itu yang bisa aku lakuin kak. Pelan-pelan aku pasrah, pasrah yang sebenarnya lebih ke ingin menyerah. Menyerah untuk terus ngasitau kabar aku, nanyain kabar dia. Karna rasanya semua sia-sia kak. Aku ga dihargai. Cuma aku banyak berdoa kak, doain dia dan doain kami. Aku percaya Tuhan campur tangan sama hubungan kami. 4 tahun itu waktu yang lama kan kak, aku ga mau ini selesai gini aja. Aku harus bisa. Gak apa-apa kok kalau aku harus bisa melatih hati dan perasaanku supaya kuat, keras. Aku harus yakin, akan ada pelangi setelah semua air mata ini. Aku cuma berharap dia ga lupa kalau dia punya aku"

Haah...
Aku mengakhiri menulis ulang curhatannya dengan sedikit genangan air di ujung mataku.
Tan, kamu tu gadis kuat dek. Semangat LDR !!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musim Kehilangan