Sampai tiba dititik dimana tidak tau harus berharap apa pada siapa.
Sampai tiba dititik bertanya ini semua untuk apa, untuk siapa, lalu apa.
Sampai tiba dititik level tertinggi jenuh pada semua aspek kehidupan.
Sampai tiba dititik dimana semua hal yang terjadi direspon dengan ya sudahlah.
Hal baik, hal buruk, hal membingungkan direspon sama.
Bahkan tiba dititik tidak tau apa arti bahagia dan bagaimana harus meresponnya. Apakah tertawa tapi hati merasa tak perlu, apa biasa saja tapi sekeliling menuntut sumringah.

Sampai tiba dititik tidak ingin mengusahakan apa pun atau siapa pun.
Bahkan tidak mengerti harus bersikap bagaimana disebuah situasi tertentu. Apakah harus bertanya dan membujuk, atau biarkan saja dan tidak peduli.
Apakah harus sabar dan menunggu jawaban atau abaikan saja hingga jawaban datang dengan sendirinya.

Sampai tiba dikejenuhan dimana semua mengandalkan diriku tapi aku tak tau mengandalkan siapa
Sampai tiba dimana tangis yang sungguh hendak didengar tanpa pertanyaan kenapa, lalu tak tau harus berlari kemana dan pada siapa
Sampai tiba dititik merasa tidak berguna padahal sudah mengusahakan
tapi disaat yang bersamaan lelah sudah berusaha dan minta ampun ingin menyerah

Sampai dimana diri sendiri bingung pada yang terjadi pada diri sendiri
Tapi tak ada pihak yang memberi terang

Sampai dimana sentuhan, pelukan, perkataan bukanlah yang diinginkan
Hanya didengar
Tapi tau bahwa apa yang akan dikeluarkan akan menjadi luka bagi pendengar

Sampai dimana meluapkan semua perasaan adalah salah dan tidak untuk dilakukan

Lalu setelah ini apa?
Apa perasaan seperti ini wajar?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musim Kehilangan