Satu terima kasih untuk seseorang yang tak kukenal

Sore itu aku masuk ke sebuah gereja, mencari tempat duduk dengan pencahayaan paling rendah. Baru saja aku berlutut dan melihat ke arah altar, air mataku jatuh. Ya, itu adalah saat terendah lain yang sedang kualami. Ntah apa yang kutangisi saat itu, hanya saja rasanya sedih sekali.
Sebenarnya aku tau apa yang terjadi, hanya saja aku terlalu naive jika mengungkitnya lagi.
Aku benar benar ingin menghentikan air mata itu tapi tak bisa.
Ia begitu saja mengalir tanpa jeda,
sampai aku sesenggukan.
Lalu aku mengucapkan amin dan kembali duduk.
Mencoba mengontrol diriku agar tak sesenggukan.
Setelah aku berhasil, aku baru menyadari seorang bapak duduk di sampingku.
Ia menggunakan kemeja putih dan celana hitam.
Ia menyodorkan sebuah lilin putih padaku, aku bingung.
Ia bilang, berdoalah kesana, sambil menunjuk patung bunda maria di dekat pintu masuk gereja
Aku menoleh ke patung bunda lalu menerima lilin itu.
"Boleh tau namamu?"
"Gita", kataku
"Gita, apa pun beban hidup yang sedang kau alami, aku akan mendoakanmu. Berdoalah rosario di patung bunda maria. Semoga Tuhan memberikan jalan keluar."
"Terimakasih", kataku antara takut dan terharu
Lalu ia pergi.
Ternyata kakinya pincang, ia berjalan kearah altar dan duduk di kursi ketiga dari depan.
Berlutut dan mulai berdoa, mungkin mendoakanku.
Aku menangis lagi.
Ternyata aku serapuh ini.

Aku teringat cerita ini karena kemarin aku ke gereja itu lagi
Melihat bapak itu, tapi sungkan untuk menyapa
Terima kasih pak, akuu sudah berhasil melewati masa itu, kataku dalam hati

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musim Kehilangan