Tak Bersentuhan

Senja sore ini mungkin bukan favorit orang-orang.
Tapi aku mengambil satu sudut untuk menikmatinya, sendiri.

Lalu imajinasiku melanglangbuana,
liar sekali, entah kemana.

Dan berhenti di kamu.
Aku tidak ingin pergi dari imajinasi ini.
Berdiri, di depanmu.

Kau diam, tidak bergerak.
Lalu kedua tanganku mulai menyentuh pipimu, menggerakkannya pelan dan merasakan kulitmu yang tidak mulus.
Aku tersenyum setiap kali ingatanku berpaut dengan gerakan tanganku.
Aku masih ingat detail wajahmu, semuanya.
Kau mulai menutup mata, menikmati setiap sentuhan.
Dulu kau pernah melakukannya, aku tau, kau suka.

Pelan aku mendekatkan wajahku ke wajahmu,
hingga aku bisa merasakan desahan nafasmu yang masih berirama.
Kau masih menutup matamu, aku tau kau merasakan bahwa wajahku sudah dekat sekali.

Aku mengecup keningmu,
kemudian berpindah pada mata kanan dan kirimu yang tetap tertutup.
Kau tersenyum.
Sekarang kedua tanganku berada diantara telinga dan lehermu.
Lalu ku kecup pipi kanan dan kirimu bergantian.

Ada satu bagian lagi yang belum kujangkau.
Aku berhenti.

Lama terdiam,

Aku kembali ke alam sadar,
memaksa imajinasiku berhenti !
Aku bisa melanjutkannya lagi, jika aku mau.

Tapi airmata sudah menemuiku di batas senja.
Tidak,
kau sekadar masa lalu.
Sudah cukup.
Terima kasih sudah singgah sebentar.
Aku mohon pamit.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musim Kehilangan