Berbicara adalah obat


Saya melewati masa-masa sulit beberapa minggu belakangan ini.
Entah itu tentang hubungan saya dengan teman-teman saya, keluarga saya dan pekerjaan saya.
Saya menjadi lebih pendiam. Bukan pendiam dalam arti benar-benar tidak berbicara pada siapa pun. Saya masih tetap tertawa dan berkomunikasi dengan orang di sekitar saya.
Hanya saja saya tidak selugas dulu bercerita tentang apa yang saya rasakan.
Jujur saja, saya memang memilih orang untuk diajak bercerita. Karena tidak semua orang bisa menjadi pendengar dan pemberi nasihat yang baik versi saya sendiri.
Dan bukan kebetulan, kemarin saya salah memilih. Dan karena itu saya memutuskan untuk menjadi lebih diam, tak mau membagi apa pun pada siapa pun.

Lalu masa sulit itu ternyata menjadi lebih sulit. Saya mencoba mencari pelarian dengan mengunjungi teman saya dan membicarakan topik yang random. Awalnya berhasil, tapi hanya sesaat. Ketika saya sedang sendiri, masalah kembali berputar di kepala saya. Dan saya menyerah.

Saya mulai mencoba berbicara, pada diri saya sendiri. Saya menjadi dua orang yang berbeda pada satu waktu. Dan saya tetap stuck.

Akhirnya beberapa hari setelah saya merasa gagal berbicara dengan diri saya sendiri, saya menelepon sahabat saya, perempuan, mulai berbicara.
Dia pendengar yang baik. Tidak selalu menjadi penasihat yang baik, tapi selalu menanggapi cerita saya dengan jujur, mampu memberikan pandangan dari sisi yang berbeda, mungkin karena kami juga sudah bersahabat cukup lama, delapan tahun, jadi kami sudah saling mengerti satu sama lain. Kami beradu pendapat lebih dari dua jam. Ah, saya benci jarak yang memisahkan kami.
Setelah berbicara dengannya, saya lega, lega sekali. Sepertinya semua hal yang menekan hati dan pikiran saya pelan-pelan berkurang.

Lalu saya bercerita pada satu sahabat saya yang lain, laki-laki. Belum begitu lama kami bersahabat, namun saya menilai bahwa ia cukup dewasa setelah beberapa kali saya pernah berbincang-bincang dengannya, karena itu saya memantapkan hati untuk bercerita kepadanya. Dan benar, dia memberi saya semangat dan itu sangat berarti.

Benar saja, kadang saya tidak butuh solusi untuk masa sulit yang saya rasakan, ternyata yang saya butuhkan adalah berbicara dan ada pendengar. Perlahan saya mulai bisa menerima keadaan. Ternyata pikiran sempit saya salah. Masih banyak orang yang bisa menjadi sahabat dan tempat mengadu tentang semua yang saya lewati.

Setelah keadaan membaik, saya mulai mau membuka diri bagi sahabat-sahabat saya yang lain. Awalnya saya masih berpikir bahwa ada kemungkinan saya akan salah lagi, tapi tidak. Mereka benar-benar menolong saya, membantu saya melewati semuanya.

Sekarang semua terasa lebih baik. Tidak ada salahnya kita memulai sesuatu. Tidak mungkin kita mengharapkan orang untuk memulai suatu hal yang sebenarnya hanya ada dalam harapan kita semata.

Yang terpenting adalah, apa pun keadaan yang kita lalui, yakinlah bahwa masih ada, bahkan masih banyak orang yang menyayangi kita dan mau mendengar cerita kita.
Berbicaralah ...
Itu lebih hebat dari obat apa pun. Kadang kita menutup diri dari mereka, tapi mari berdamai dengan hati dan membuka diri, melihat bahwa tangan mereka selalu terulur untuk kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musim Kehilangan