Rinduku yang Salah

Tapi jarak terlalu jahat. Ia tidak mengenal waktu untuk menumbuhkan rindu sedemikian cepat.

Lelakiku sedang tertarik pada wanita lain. Dia banyak menghabiskan waktu dengan perempuannya itu tanpa memedulikanku, atau bahkan sudah tidak menganggapku lagi.
Lalu tiba-tiba saja rindu padamu kembali membuncah.
Hahaha...
Kasihan sekali kau, hanya menjadi tempat perinduanku ketika lelakiku tidak berkata apa pun padaku saat ia menghabiskan malam minggunya dengan perempuan lain.
*100*12#
Kode salah satu kartu telepon selular untuk membuat paket nelpon murah. Dan aktif.
Aku membuka kontakmu dan dengan satu kali scroll, aku menemukan namamu.
Tut... Tut... Tut...
"Halo", suara beratmu menyahut. Sudah berapa batang? batinku.
"Kenapa lama sekali kau angkat?"
"Aku baru saja selesai apel malam"
"Capek?"
"Lumayan. Ada apa?"
"Tidak ada. Hanya ingin berbicara."
"Kau rindu?"
Hening ...
"Kau kenapa?"
"Aku hanya tidak tahu apakah aku bisa menjalani hari tanpa dia. Aku sudah tidak mau lagi mengganggu kebahagiannya. Sepertinya wanita itu benar-benar memberi warna baru padanya, yang tidak pernah bisa kuberikan", aku mulai menangis.
"Bicara apa kau ini? Hanya karena lelaki itu kau menangis? Haah! Aku tidak menyangka. Mana dirimu yang dulu? Yang bahkan menganggap laki-laki itu hanya mainan, yang tidak pernah sepenuh hati memberikan cintamu"
"Diam kau! Dia berbeda, kau tahu itu!"
"Hahaha... Sudahlah, kan masih ada aku", aku tersenyum. Dasar lelaki gila.
"Jadi, sudah berapa batang hari ini?"
"Apa sih? Gak ada loh"
"Halah... Jadi itu yang di insta story cuma jadi pajangan doang?"
Dia hanya menjawab pertanyaanku dengan "hehehe".
Hening lagi ...
"Satu hal yang harus kau tahu, kau mungkin tidak bisa langsung menghilangkan perasaanmu padanya. Hanya saja kau selalu lebih dewasa dariku, bukan? Kau pasti tahu bagaimana mengatasi masalah ini. Cari kesibukanmu. Jangan cuma pegang handphone dan stalking orang lain yang bikin kau sakit hati. Nanti umurmu pendek."
"Hhm..."
"Jangan biasakan jawab pake hhm! Kalau pun kau sedang sedih dan ingin cerita, telepon saja aku. Tapi tidak dengan tangisan! Aku tidak suka mendengar kau menangis."
"Aah! Aku tidak mungkin terus meneleponmu. Nanti kau kehabisan waktu karena berbicara denganku dan tidak ada waktu lagi dengan wanitamu itu."
"Bisa ga sih ga usah bahas orang lain waktu kita lagi bicara?"
"Tapi aku juga sedang membicarakan orang lain denganmu. Bahkan aku sedang membicarakan lelakiku. Kenapa tidak?"
"Malas aja"
"Hahaha.. Maaf maaf. Tapi kau lebih dewasa sekarang", ujarku.
"Ini semua karenamu. Rasanya kalau mengingat masa-masa dulu, aku bodoh sekali pernah memarahimu dan selalu temperamental dengan sikapku."
"Semuanya butuh proses, bukan? Buktinya sekarang kau sudah mengerti dan berubah. Terimakasih ya sudah mau mendengarkan ceritaku."
"Anytime. Kau pasti tahu aku selalu ada. Bahkan disaat tersibukku."
"Ah! Sudahlah! Aku muak dengan gombalanmu itu. Berikan itu pada wanita-wanita lain diluar sana yang memujamu itu. Untukku itu sama sekali tidak berlaku"
"Hahahaha... Kau lucu sekali. Lalu gombalan seperti apa yang bisa kugunakan untuk menggodamu?"
"Selama kau masih berguru dengan teman-temanmu yang punya gombalan receh itu, sepertinya aku tidak akan tergoda."
"Bagaimana jika kita video call? Dan kau melihat senyumanku? Mungkin kau tergoda?", aku membayangkan wajahnya saat berkata seperti itu. Mata besar dengan senyum lebar pasti sedang mengangkat-angkat alis sambil bertanya.
"Sudahlah. Kau sehat, kan?"
"Setelah sepanjang obrolan ini dan kau baru bertanya kabarku sekarang?"
"C'mon... Kau hanya perlu menjawab"
"Selama kau sehat, aku pasti sehat"
Aku tersenyum lagi. Dasar lelaki ini.
"Yasudah, Sudah lama kita bicara. Nanti wanitamu terlalu lama menunggu untuk kau telepon. Kau harus meneleponnya bukan?"
"Hhm..."
"Jangan biasakan jawab pake hhm!"
"Hahahaha.. Yasudah, jaga dirimu."
"Iya, terimakasih. Satu lagi, cepatlah menyudahi hubunganmu dengan wanitamu yang sekarang. Kau harus membiasakan dirimu tanpa dia."
"Aku sedang memikirkannya. Sudahlah, yang terpenting sekarang kau bisa menyelesaikan masalahmu dan bisa tenang. Sudah ya, selamat malam."
Klik
Bagaimana bisa aku tidak merindukannya? Dia selalu memenuhi janjinya, bahwa dia selalu ada. Aku tidak perlu takut jika pada saat yang sama semua temanku tidak bisa kihubungi karena dia pasti ada.

Dan jarak terlalu jahat. Ia tidak mengenal waktu untuk menumbuhkan rindu sedemikian cepat. Rinduku yang salah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musim Kehilangan