Just be a rockstar 'till the end, mom :D

Jarak ini menyadarkanku tentang kehilangan. Kehilangan omelannya setiap pagi, kehilangan wangi dan rasa masakannya setiap hari, kehilangan uang jajan sekian ribu yang selalu diberikannya, kehilangan kata-kata "makan dimana kita?" setiap aku atau adik meraih suatu kesuksesan, dan kehilangan-kehilangan lainnya.
Semakin kesini, rasanya diri sendiri sudah bisa mengatur semuanya sendiri. Warna sprei yang akan digunakan, susunan baju di lemari, rak sepatu yang harus diletakkan dimana, akan makan apa untuk pagi, siang dan malam. Tapi, ternyata dibalik kemandirian yang sudah tertanam, ada satu sosok yang menjadi pemeran utama.
IBU

Ibuku bukan tipe orang yang romantis. Bukan tipe ibu yang mau mencium atau memeluk anaknya ketika sudah lama tidak bertemu, bukan tipe ibu yang suka memanjakan anaknya dengan makanan atau barang mewah.
Mungkin akan terasa asing jika aku mengatakan "I love you, mom". Ya, rasanya ibuku tidak benar-benar butuh kata-kata itu.
Aku tau, saat aku menghabiskan waktu untuk menceritakan semua kegiatan dan semua hal yang terjadi padaku di perantauan ini, aku sudah menunjukkan betapa dia adalah orang terpenting dalam hidupku, betapa aku menyayanginya.

Setelah beberapa bulan benar-benar jauh dari ibu, aku baru mulai berpikir betapa hebatnya dia dalam keluarga. Hebat mengatur keuangan, hebat menawar mati harga di pasar, hebat memilihkan baju dan sepatu yang cocok untukku, hebat menjaga hatinya saat jauh dari ayah, hebat karena setiap bangun pagi ia tak pernah berhenti atau mengeluh karena harus menyiapkan sarapan dan bekerja kembali.
Aku tak pernah melihat ibu berdoa secara langsung. Namun aku tau, ia adalah seorang pendoa yang hebat.

Panjang umur ya, bu.

Salam manis dari putri sulungmu disini :)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musim Kehilangan