Lelaki ini unik sekali.
Dia pernah keliling Asia Tenggara, menghabiskan uang yang selama ini ia tabung untuk rencana pernikahannya dengan pasangannya.
Yap! Dia menghabiskannya karena hubungan mereka tidak berhasil.

Lalu dia memutuskan untuk sendiri, ini adalah tahun kelimanya. Bukan ia tidak mau membuka hati, hanya saja setelah perjalanan panjangnya itu ia menyadari bahwa pasangan dan pernikahan bukan lagi menjadi prioritas.

Kini ia tinggal di negara sebelah, mancari peruntungan tentang uang, pengalaman dan cerita baru dalam hidup yang mungkin akan diceritakannya padaku dan aku akan dengan senang hati mendengarkan.

Kami pernah menghabiskan malam sampai sangat larut. Melihat senja sambil jalan di sepanjang garis pantai sambil bercerita. Saat tiba-tiba kami saling diam, aku berceletuk, "Pasang lagu kali ya, biar seru".

"Gak usah. Dengerin suara ombak aja", katanya, berujung aku memasukkan kembali ponselku ke dalam kantung celana, melanjutkan berjalan disampingnya. Dan cerita lain bergulir begitu saja.

Kupikir aku menyukainya. Ya! Aku sudah sangat lama menyukainya, sejak sekitar sepuluh tahun lalu, karena dia cukup menarik. Lalu empat tahun terakhir ini kami menjadi teman bercerita. Tidak sering tapi selalu menjadi momen yang sangat menyenangkan berbagi cerita dengannya.

Lalu setelah beberapa waktu belakangan ini, aku menyukainya tidak seperti aku ingin memilikinya. Aku menyukainya seperti aku ingin terus berteman dengannya dan tidak berencana mengubah apa pun. Menjadi teman cerita yang asik.

Tau kan jika rasa suka yang menjadi cinta kemudian berubah menjadi hubungan spesial kemudian hidup membawa titik kandas hingga akhirnya menjadi bukan siapa-siapa. Kembali menjadi orang yang tak saling kenal. Tidak enak sekali. Ya, aku menghindari proses yang seperti itu.

Apa lagi dia. Aku mungkin hanya menjadi satu dari sekian banyak temannya berbagi cerita.

"Ya aku ga mungkinlah samamu. Kalau pun mau menikah, kau itu jadi pilihan terakhir kalau yang lain ga ada", katanya suatu hari, yang berakhir dengan ejekan dariku!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musim Kehilangan