Aku yakin aku sedang rumit. Rumit dengan diriku sendiri.

Akhir-akhir ini aku merasa hidupku baik-baik saja.
Aku sampai pada titik dimana aku tidak butuh apa-apa, tidak butuh siapa-siapa.

Lalu beberapa malam kemarin, entah bagaimana aku mengatupkan kedua tanganku, merangkai jemari membentuk posisi berdoa yang selama ini diajarkan ayah ibuku.
Aku tersentak. Nyaman sekali !
Rasanya sudah lama sekali tidak merasakan nyaman ini. Percayalah aku tidak mengatakan apapun, hanya menyatukan kedua tanganku. Lalu ada rasa rindu.
Rindu untuk bercerita dalam diam dan mata tertutup. Oh, sudah lama sekali tidak melakukannya.
Aku yakin aku sedang rumit. Rumit dengan diriku sendiri.

Lalu pagi kemarin, aku yang terbiasa mengabaikan push notification dari aplikasi renungan pagi di ponselku, membukanya. Mulai mendengar suara yang entah siapa membacakan isi kitab suci dan membawakan renungan yang entah sudah berapa lama dipersiapkan olehnya.
Aku diam, mendengar.

Setelah selesai, aku tersenyum.
Aku tidak sedang baik-baik saja, aku sedang kosong.
Aku sedang ada dimasa paling sulit yang sebenarnya sedang membiarkan diriku sendiri tenggelam didalamnya.
Ini lebih mengerikan dari pada saat aku merasakan remuk hati karena perjalanan hati yang tidak sesuai.

Jam 12.00 seperti hari biasa, aplikasi itu memberi tanda lagi di ponselku.
Aku memberi waktu dua menit untuk berdoa. Doa malaikat Tuhan namanya.
Menyatukan tanganku untuk berdoa memberi rasa nyaman itu lagi. Padahal aku sedang di depan laptop di meja kerjaku.

Terimakasih untuk kesempatan baik dari semesta
Masih memberi aku gerak pengingat bahwa aku bagian dari kefanaan yang butuh doa untuk kuat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Musim Kehilangan