Oh akhirnya aku mengerti bahwa aku harus mengurus hatiku sendiri.
Ternyata benar, perkara hatiku adalah tanggung jawabku sendiri.

Setelah kemarin semua kegundahanku dan kekecewaanku kubagikan dengan beberapa teman, aku merasa puas dan didukung. Tentu saja, mereka adalah temanku.
Aku selalu bilang pada mereka bahwa dibalik semua penyebab perpisahan kami, dia tetap pribadi yang sangat baik. Kami pernah mengukir banyak cerita baik, manis nan hangat.
Dahulu, sesekali aku juga bercerita tentang kebaikannya pada teman-temanku. Bagaimana aku bangga pada pencapaiannya dan perjuangannya.

Lalu setelah semua berubah dan aku memutuskan berpisah, terkesan mereka jadi membencinya.

Lalu sekarang dalam proses pemulihan hatiku, aku mengorek kenangan-kenangan baik yang dulu membuat aku tersenyum dan merasa dibahagiakan olehnya.
Ternyata aku pernah ada dimasa itu. Masa dimana aku dimanjakan dan didengarkan. Masa dimana kami merencanakan masa depan. Masa dimana kami berbagi keluh kesah. Masa dimana aku melihatnya tertawa lepas. Masa dimana dia memasakkanku makanan yang kusukai. Masa dimana dia berusaha mengerti tentang perubahan mood-ku.
Kami pernah seindah itu. Aku pun menulis ini sambil meneteskan airmata.

Tidak, aku tidak merindukannya. Apa lagi berharap kembali. Sama sekali tidak.

Sedihku hanya berisi kekecewaan mengapa semua diakhiri dengan cara yang seperti ini?
Mengapa keinginan manusiawi untuk bersatu saja dilawan oleh semesta?
Mengapa semua kenangan baik itu pada akhirnya terkubur menjadi masa lalu yang tidak berakhir bahagia?
Mengapa harus ada kisah yang disayangkan karena perilaku yang tidak bisa diterima itu?
Mengapa proses hidup harus seperti ini?

Benar saja, menjadi dewasa bukan perkara usia atau berapa lama. Mungkin untuk hal lain, aku belum dewasa. Namun untuk hubungan yang seperti ini, harusnya aku mengerti. Bahwa sekuat apa pun aku melawan kehendak Yang Kuasa, pada akhirnya aku hanya mampir di dunia ini dan semua yang terjadi didalamnya sudah diatur oleh Sang Maha. Pun manusia, adalah makhluk yang memiliki hati untuk bisa menikmati rasa senang sedih dan sakit itu sendiri.

Setelah ini, aku hanya berharap hatinya dipulihkan. Aku hanya meminta Yang Maha Agung menjaga setiap langkahnya. Pun tidak ada aku lagi, dunianya terus berjalan. Pun tidak ada aku lagi, semua dia menemukan pelabuhan kebahagiaannya di dunia. Pun tidak ada aku lagi, semoga dia bisa menerima bahwa aku pun berhak bahagia walau tidak dengannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini