Hahahaha...
Masih seputar rindu sama bapak, boleh ya?
Barusan liat ig story teman yang lagi jalan-jalan ke luar negeri. Terus jadi teringat sama kejadian tiga tahun lalu. Waktu keliling Europe waktu itu, ada satu waktu dimana aku video call bapak, dijalanan Salzburg menuju Hallstatt, Austria, waktu itu. Aku benar-benar jatuh cinta dengan negara itu. Sepi dan cantik sekali. Aku video call bapak dan pamer padanya, "Bagus kali pak negaranya", kataku.
Tahun berikutnya setelah bapak meninggal, aku ke China dan Jepang. Momen "coba kalo ada bapak" terlintas.
"Ah, coba kalo bapak masih ada, dia pasti akan senang sekali ku video call dan kutunjukkan betapa megahnya Tembok China, gimana anaknya hebat banget naik cableway dan toboggan, tawanya pasti renyah, senyum bangganya pasti manis sekali", gumamku berulang-ulang.
Tak ada lagi lelaki dewasa yang bisa kuajak berdebat dan selalu membiarkan aku menang walau aku belum tentu benar. Hanya akan menanggapiku dengan senyum saat keras kepalaku muncul. Yang akan menunggu di teras rumah saat anak gadisnya pulang lebih larut dari biasanya. Yang pasti suka sekali jika kubawakan pangsit atau mie ayam waktu aku pulang main dari luar.
2017 aku pernah menangis sampai sesenggukan. Aku bercerita pada bapak bahwa aku putus dengan pacarku jaman kuliah dulu. Bapak bilang, "Gapapa, sampaikan saja pada dia, kuhargai keputusanmu, kudoakan kebahagianmu dan kau pun doakan ya kebahagiaanku", begitu.
Aku tidak tau jenis kehidupan apa yang kau jalani setelah ragamu terkubur di dunia ini, pak.
Belum lagi kau jarang sekali muncul di mimpiku. Aku tau, mungkin kau tidak mau aku sedih dan menangis kan? Karena aku benci sekali mendapati aku sendiri menangis.
Setelah bapak meninggal, beberapa kali aku ziarah ke kuburan bapak. Tidak pernah aku menangis. Tidak pernah sekali pun. Sepertinya aku langsung memasang benteng pertahanan terlalu tinggi. Aku hanya bercerita tapi rasanya berbeda.
Mampirlah sesekali pak. Mampirlah waktu aku sudah stuck dengan pikiranku sendiri. Anak sulungmu rindu. Itu saja
Komentar
Posting Komentar