Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2025

Mari bicara tentang grieving

Mari bicara tentang grieving Kemarin aku bertemu dengan seorang teman. Beberapa kali dia sudah mengingatkan aku dengan proses ini. Hal yang menurutku berjalan mengikuti arus hidup saja. Lalu aku berkata, "Iya sih, kadang tuh masih kepikiran. Ih iya ya, kok bisa ya? Kok tega ya? Setelah semua yang terjadi selama ini loh" Lalu kulanjutkan, "Tapi ya emang takdirnya begini kali ya" Dia menjawab, "Nah, ini yang kumaksud dengan grieving . Itu tuh bukan proses dimana kamu mau menerima semua kesalahan dia dan bahkan mungkin mau kembali memulai hubungan baik lagi. Bukan. Itu tuh proses dimana kamu bisa berdamai dengan dirimu sendiri. Proses dimana kamu ga lagi marah, kecewa, tersinggung, sakit hati. Proses dimana kamu ga lagi menyesali apa yang sudah terjadi. Pasti butuh waktu. Makanya itu, kasih dirimu ruang untuk menerima dan memproses hal ini. Ga harus cepat-cepat kok. Takutnya, kalau kamu ga selesai dengan grieving -mu, itu akan ber- impact ke hal lain setelahnya. ...
Sepanjang hari ini bisaku hanya tersenyum, sesekali tertawa kecil. Bagaimana bisa Tuhan menjawab doaku dengan cara seperti ini? Bertahun aku berdoa dengan isi yang sama. Doa yang kadang aku bahkan bingung harus mengimaninya seperti apa. Doa yang kadang kuucapkan tapi kosong yang kurasakan. Kadang doanya sangat khusyuk, terkesan memerintah malah. Tapi semakin lama isi doa yang sama itu rasanya lebih ke berserah. Langkah besar untuk keputusan yang kuambil membuat aku bingung sendiri, takut, sedih, rasanya seperti orang jahat. Berulang kali memberi afirmasi positif untuk diri sendiri bahwa mungkin ini adalah waktunya, sudah saatnya. Semua akan baik-baik saja. Aku merasa aku pasti bisa. Sesekali aku menangis, menghentikan perkelahian antara perasaan dan pikiranku, lelah sekali. Lalu hari ini seorang teman mengirimkan pesan, "Kak, boleh aku call ?" "Boleh", kataku. Niatku adalah bercerita padanya dan mendengar cerita dari versinya. Satu jam empat puluh enam menit kami be...
Bagaimana bisa kau menyuruhku mengingat kenangan kita selama ini? Bagaimana bisa kau menyuruhku mengingat sudah sejauh apa kita? Bagaimana bisa? Sementara setelah itu kau mengunggah foto wanita lain dengan tanda hati Saat kulihat, sebentar, aku belum selesai memproses semuanya. Terakhir kali hal ini terjadi, aku sudah menyiapkan semua kemungkinan dan bagaimana aku menanggapinya. Tapi kali ini terlalu cepat, aku belum mempersiapkan diriku. Lalu, saat aku melihat foto yang kau unggah yang dikirimkan temanku padaku, aku tertawa. Disaat yang bersamaan perasaan aneh menyergap. Bukan, bukan perasaan cemburu, sedih, sakit hati. Lebih ke ... Lega, kosong. Lalu aku tersadar, oh ya, itu bagian dari doaku pada Tuhan untukmu. Aku sampai speechless bagaimana Tuhan maha membolak-balikkan keadaan dan perasaan dalam waktu yang sangat singkat.  Bagaimana aku yang menyiapkan semua skenario yang ternyata diluar dari script dunia yang kusiapkan dipatahkan Tuhan dengan caraNya. Bagaimana DIA menunjukk...
Bukankah kali ini aku juga penjahatnya? Sampai aku memutuskan tidak apa menjadi penjahat. Semakin aku bertahan, mengingat, melihat, ternyata aku semenyakitkan itu. Bahkan diriku sendiri tidak tau aku sedang disakiti sebegitunya. Lalu tetap saja aku merasa menjadi penjahat. Aku penjahat yang meninggalkan. Aku terkejut, kemarin aku memaki sebegitu kuatnya hanya karena disuruh bertahan. Aku ternyata sudah semuak itu. Lagi-lagi aku tidak sadar. Rasanya melegakan sekali sudah pergi. Walau mungkin cap penjahat akan menempel selamanya. Tadi kucoba mengingat, tidak, tidak, aku tidak bisa. Mengingat saja membuat aku berkaca-kaca. Aku tidak mau lagi. Sungguh!