Postingan

Aku pernah menolak pelukan darimu saat aku menangis keras, entah karena apa waktu itu, aku lupa. Pernah ketika kau kutolak, kau tidak melanjutkan usahamu untuk memelukku. Pernah juga ketika kutolak, kau memaksa untuk memelukku. Seingatku aku melawan bukan karena aku tidak butuh pelukan. Tapi karena aku telalu malu menunjukkan aku lemah dan butuh sandaran. Aku menolak karena aku merasa aku bisa melewatinya tanpa siapa pun. Aku menolak karena aku tidak terbiasa ditolong disaat sedih. Aku bingung harus bersikap bagaimana dikondisi itu. Sekarang, aku melepaskan "kita" karena aku sendiri. Aku merasa "kita" sudah sampai garis akhir. Garis akhir yang memaksa kita untuk melangkah dengan jalur yang berbeda. Aku dengan keinginanku untuk bebas, kau dengan inginmu bertahan namun tak kupedulikan. Kemarin kau terlintas dalam benakku. Aku selalu memikirkan ini ketika aku berpisah dengan mereka yang ada di masa laluku. Tapi aku menyadari aku tidak memikirkan ini setelah berpisah da...
Sepertinya sampah-sampah dalam pikiran sudah dibuang ke tulisan-tulisan disini. Terutama sampah overthinking yang kebanyakan ga kejadian sama sekali. Sekarang malah lebih tenang pas uda ambil satu keputusan. Yang awalnya juga mikir keputusan itu mungkin bukan yang terbaik, toh sementara ini, setelah dijalani, rasanya itu yang terbaik. Rasa was-was ada abnget. Apalagi harus mengikuti pikiran orang nekat yang ga benar-benar bersih pikirannya. Semoga ga ada hal buruk yang terjadi. Karena rasanya sudah lelah harus menghadapi drama tak kunjung usai ini
Lebih dari 200 kali panggilan tak terjawab ke ponselku. Tentu aku melihat namamu di layar ponselku. Kubiarkan begitu saja. Tidak, aku tidak lagi salut dengan usahamu. Kau mengganggu. Sangat membuat tidak nyaman. Aku bingung. Aku harus apa? Kenapa aku harus bertanggungjawab atas perasaanmu yang tak lagi bisa kuterima itu? Kenapa seakan-akan aku tidak boleh melanjutkan hidupku yang isinya kini bukan kau? Aku bingung Bukankah jika kau sayang, kau juga mau aku bahagia? Nyatanya kini bahagiaku bukan kau Kau tidak lagi menjadi yang kuinginkan ada di dalam perjalananku Toh, semua perjalanan akan memiliki ujung Usai sudah tentang kita Tidak lagi ada yang bisa diusahakan Kau bilang kau berusaha? Kau berjuang? Jika kuminta berhenti, apakah kau mau? Tidak? Kau ingin melanjutkan perjuanganmu? Silakan Tapi kau tidak bisa menahanku untuk tinggal Tidak! Aku sudah tidak mau lagi Aku bukan wanitamu lagi Aku sudah memutuskan untuk melanjutkan hidupku tanpamu Mungkin memang akan berat untukmu Tapi itu pr...

Terimakasih, tuan.

Terimakasih telah memilih perempuan ini, tuan. Terimakasih bertahan untuk perempuan ini, tuan. Terimakasih menerima riuh redam isi kepala ini, tuan. Terimakasih tidak pergi karena masa lalu perempuan ini, tuan. Terimakasih masih mendengar larangan dari perempuan ini, tuan. Terimakasih tidak balas menaikkan nada suara ketika emosi menjajah, tuan. Terimakasih telah banyak bercerita tentang mimpi-mimpi, tuan. Terimakasih mengusahakan aku dan kita, tuan. Terimakasih tidak segera mematikan asa yang kubagi, tuan. Terimakasih membuat segalanya punya tujuan, tuan. Terimakasih... Terimakasih telah mencintai perempuan yang rumit ini, tuan.

kata-kata adalah hal paling menyusahkan diriku sendiri.

Aku hampir lupa, ternyata menulis seasyik ini. Membuang isi kepala yang biasanya bertengkar didalam tanpa akhir. Tentang yang akhir-akhir ini terjadi : Aku tentu tau, bahwa kata-kata adalah hal paling menyusahkan diriku sendiri. Begini, apa yang orang sampaikan entah itu serius atau tidak kadang kuserap sendiri tanpa sempat kuolah. Jadi beberapa hal menjadi menyebalkan saat kata-kata yang terserap itu adalah janji yang ternyata mungkin beberapa orang menganggap itu hal remeh yang berlalu begitu saja. Seperti saat seseorang pernah bercanda denganku, "Mau kesini kapan? Kubeliin tiket pulang ya?" Ternyata, mungkin, itu hanya ucapan selewat saja. Atau, "Kamu suka yang mana? Nanti aku beliin ini aja ya" Lalu pembicaraan itu menguap, menghilang begitu saja. Oh, aku sudah terbiasa dengan skenario itu. Dijanjikan banyak hal lalu tak menjadi kenyataan. Aku sudah terbiasa dengan begitu banyak kata-kata dan janji tak bermakna. Tapi kadang pikiranku sendiri bertanya, "Ken...

Tentang Probabilitas

Probabilitas adalah ukuran kemungkinan atau peluang terjadinya suatu peristiwa atau kejadian. - Google, 2025 Mari bicara dari sisiku dulu. Kita tinggal di Jakarta. Aku sudah punya kerja, orangtuamu setuju kamu ke Jakarta, aku senang, kamu ga resign dulu dari tempat lama, cari kerja di Jakarta dari sana. Aku sudah punya kerja, orangtuamu setuju kamu ke Jakarta, aku lebih senang lagi, kamu resign dari tempat lama, bareng ke Jakarta sama aku dan cari kerja di Jakarta setelah disini. Aku sudah punya kerja, orangtuamu ga setuju kamu ke Jakarta, tapi kamu yakinin mereka dengan kamu ga resign dulu dari tempat lama, sambil cari kerja di Jakarta dari sana, dan aku pasti ngerasa ga enak ke keluargamu. Aku sudah punya kerja, orangtuamu ga setuju kamu ke Jakarta, kamu tetap resign dari tempat lama, bareng ke Jakarta sama aku dan cari kerja di Jakarta setelah disini,  dan aku pasti ngerasa bersalah ke keluargamu. Aku tau. Ada tantangan sendiri untukmu nantinya. Walaupun kau sudah pernah ke...
"Kamu pengin honeymoon kemana?", satu dari beberapa list pertanyaan yang muncul tiba-tiba. Aku diam, mencoba berpikir, "Aku ingin kemana?" Entah". Aneh sekali. Hanya jawaban "entah" yang bisa muncul setelah banyaknya tempat kujelajah dibeberapa sudut dunia ini. Aku berpikir lagi, "Haah? Honeymoon ? Akan sampai pada fase itu ya?" Sekarang pertanyaannya malah itu. Lebih ke tidak percaya ada level diatas menunggu ketidakpastian yang bertahun itu hingga aku terbiasa. Aku tidak tau bahwa ternyata level yang berbeda dari ketidakpastian itu adalah hal pasti yang harus didiskusikan bersama. Salah satunya adalah honeymoon dimana setelah menikah. "Bolehkah aku menjawabnya nanti? Sepertinya aku butuh waktu memikirkan itu", kataku pelan. "Tentu saja", katanya tidak khawatir dengan kalutnya pikiranku. Lalu dilanjut dengan pernyataan tentang keinginannya dimana untuk honeymoon . Aku sudah tau jawabannya. Jadi kubiarkan dia bercerita ...