"Kamu pengin honeymoon kemana?", satu dari beberapa list pertanyaan yang muncul tiba-tiba.
Aku diam, mencoba berpikir, "Aku ingin kemana?" Entah".

Aneh sekali. Hanya jawaban "entah" yang bisa muncul setelah banyaknya tempat kujelajah dibeberapa sudut dunia ini.

Aku berpikir lagi, "Haah? Honeymoon? Akan sampai pada fase itu ya?"
Sekarang pertanyaannya malah itu. Lebih ke tidak percaya ada level diatas menunggu ketidakpastian yang bertahun itu hingga aku terbiasa.
Aku tidak tau bahwa ternyata level yang berbeda dari ketidakpastian itu adalah hal pasti yang harus didiskusikan bersama. Salah satunya adalah honeymoon dimana setelah menikah.

"Bolehkah aku menjawabnya nanti? Sepertinya aku butuh waktu memikirkan itu", kataku pelan.

"Tentu saja", katanya tidak khawatir dengan kalutnya pikiranku. Lalu dilanjut dengan pernyataan tentang keinginannya dimana untuk honeymoon. Aku sudah tau jawabannya. Jadi kubiarkan dia bercerita sementara aku sibuk dengan pikiranku yang membingungkan kenapa harus kalut.

Kemudian beralih ke pembicaraan tentang anak. Berapa jumlah anak yang diinginkan. Berapa jauh rentang usia anak pertama dan kedua. Apakah gender kelamin anak penting atau tidak. Bagaimana jika ternyata butuh waktu untuk diberikan anak, anak ternyata berkebutuhan khusus atau bagaimana jika tak diberi anak sama sekali.

Wah, berat sekali!

Yakan! Ada lingkup yang jauh lebih luas dari terkungkung di ketidakpastian yang bertahun itu. Aku sampai merasa otakku tumpul untuk menanggapi banyak dan luasnya diskusi ini.

Dia juga membahas bagaimana nantinya mendidik anak. Bagaimana cara menabung untuk pendidikan anak. Bagaimana cara berbaur dengan kehidupan anak di era digital super cepat ini. Bagaimana jika anak berbuat salah di lingkungan sekolah atau sosialnya.

Wah, menarik!

Kami berdiskusi banyak hal, hampir tiga jam dan entah karena jam sudah tinggi atau aku kaget dan excited disaat yang bersamaan, tak ada kantuk yang kurasakan ketika membicarakan banyak hal itu.

Ada rasa yang menyenangkan di hati ini. Tapi ada rasa takut juga yang mencuat kecil namun pasti. Rasanya aku memang harus menelaah semua ini dengan cepat. Tidak ada waktu lagi untuk hal-hal lain itu. Semoga ya bisa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mari bicara tentang grieving