Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2025

Berteman dengan Mantan? (draft 19 agustus 2020 - published)

Selama ini aku selalu memegang teguh pernyataan "mantan masih bisa dijadikan teman". Karena beberapa mantan pacarku memang bisa kujadikan teman. Lalu aku jatuh hati pada seseorang. Seseorang yang memperjuangkanku. Seseorang yang dilarang mendekatiku karena aku sudah punya pacar waktu itu. Lalu setelah aku putus dari pacarku itu, tidak ada lagi larangan untuknya mendekatiku. Dia yang pertama kali jatuh hati padaku. Lalu dia berhasil membuatku jatuh hati padanya. Kami menjalani cerita lebih dari empat tahun lamanya. Kau bisa bayangkan apa saja yang sudah kami lewati selama empat tahun? Ya, aku sempat berpikir dia menjadi pelabuhan terakhirku. Aku memintanya pada Tuhan. Namun takdir berkata lain. Aku hanya harus menghabiskan empat tahun untuk menikmati hidup dengannya karena setelah itu kami berpisah. Apakah aku patah hati? Tentu saja! Aku tak tau bagaimana dengannya. Kulihat pria memang lebih mudah menyembunyikan perkara hati. Setelah melewati siklus patah hati, aku menerima ba...
Kemarin aku kecelakaan. Kecelakaan tunggal, jatuh dari motor. Kesalahanku sendiri, aku memegang ponsel di tangan kiri untuk melihat dibelokan mana aku harus belok. Maklum, aku belum pernah ke lokasi tujuanku. Aku melihat polisi tidur di depanku dan tidak bisa menghindar. Sepersekian detik aku sadar aku akan jatuh, tapi aku belum tau harus melakukan apa. Stir motor bergoyang kanan kiri, lalu aku jatuh ditimpa motorku sendiri. "Tolong", gumamku yang entah terdengar atau tidak oleh orang lain. Yang pasti ada empat pria dan satu ibu yang membantuku. Aku mendudukkan diriku di pinggir jalan, sementara para pria itu menaikkan motorku dan memarkirkannya di pinggir jalan. Pria lain mengamankan tas dan barang-barangku yang jatuh. Si ibu langsung menghampiriku, mengurut kakiku sambil mengatakan, "Sini hp nya", pada si pria yang membereskan barangku. Mungkin si ibu takut ponsel itu dimaling. Tentu tak kupikirkan sampai kesitu. Helmku sudah terbuka entah bagaimana caranya. Yang ...
Katakan ini masaku. Masaku menikmati cinta tanpa takut berkorban. Oh tentu saja kubagi cintaku, masih sebagian. Tapi dia berbagi cinta yang besar sekali untukku, entah sudah sepenuhnya atau masih sebagian, aku tidak tau. Yang kutau, saat aku mau berbagi cintaku, aku menyisihkan 'siap' jika harus gagal lagi. Tidak lagi kucintai dengan brutal, ternyata tak ada baiknya kata 'brutal' itu. Tapi kali ini, rasanya jauh lebih mudah, jauh lebih enteng, jauh lebih dibawa daripada membawa. Bagaimana membahasakannya? Oh, begini, rasanya sekarang usaha yang kulakukan dibalas usaha yang jauh lebih keras. Rasanya menyenangkan sekali. Rasanya menyenangkan sekali tak lagi perlu menata bahasa lebih hati-hati agar tak menyakitinya. Usaha itu menguras tenaga sekali. Jika dari tulisan ini rasanya aku egois, iya, aku egois. Tapi aku juga mau menikmati keegoisan ini. Mau menikmati aku dicintai tanpa takut disalahkan. Mau menikmati disayang tanpa kuminta. Mau menikmati bisa bertanya dan memint...