Pertemuan Terakhir?
Aku benci bandara, sungguh ! Sangat benci tempat bernama "keberangkatan" disana. Disana aku menemukan satu luka yang luar biasa. Yang bahkan sampai detik ini, jika aku mengingatnya, itu seperti menusukku berkali-kali dan berulang-ulang. Aku tak bisa menahan kelenjar air mataku memproduksi air berlebihan, tak bisa ! Aku benci bunyi nada sambung dari telepon genggamku di "keberangkatan" itu. Aku benci menekan tombol hijau dan mulai berbicara. Aku tak mampu menahan suara sesenggukan yang kuhasilkan sendiri. Bahkan semakin cepat ketika suara dari seberang telepon mengatakan, "Coba lihat keatas, udah jangan nangis, kita sama-sama jalan ya, tapi sampe ujung aku ga bisa liat kamu lagi". Aku benci mengatakan berhenti pada airmata ini dan ia menolak, ia terus mengucur tak berujung. Ah, malu sekali waktu itu. Lalu aku naik ke beranda bandara tempat aku melihat sebuah pesawat berwarna putih merah. Pesawat di baris ke tiga waktu itu. Bus mengantar penum...