Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

Pertemuan Terakhir?

Aku benci bandara, sungguh ! Sangat benci tempat bernama "keberangkatan" disana. Disana aku menemukan satu luka yang luar biasa. Yang bahkan sampai detik ini, jika aku mengingatnya, itu seperti menusukku berkali-kali dan berulang-ulang. Aku tak bisa menahan kelenjar air mataku memproduksi air berlebihan, tak bisa ! Aku benci bunyi nada sambung dari telepon genggamku di "keberangkatan" itu. Aku benci menekan tombol hijau dan mulai berbicara. Aku tak mampu menahan suara sesenggukan yang kuhasilkan sendiri. Bahkan semakin cepat ketika suara dari seberang telepon mengatakan, "Coba lihat keatas, udah jangan nangis, kita sama-sama jalan ya, tapi sampe ujung aku ga bisa liat kamu lagi". Aku benci mengatakan berhenti pada airmata ini dan ia menolak, ia terus mengucur tak berujung. Ah, malu sekali waktu itu. Lalu aku naik ke beranda bandara tempat aku melihat sebuah pesawat berwarna putih merah. Pesawat di baris ke tiga waktu itu. Bus mengantar penum...

Hai rindu

Hai rindu Apa kabar? Dia dekat sekali, ku kira begitu Ya, raganya masih saja mengganggu dan menghibur Tapi hatinya sedang mengelana untuk disinggahi Tidak lagi menetap padaku Hai rindu Kenapa kau tercipta? Supaya aku merasakan rasa lain di hati, sakitnya didera olehmu Merenungi kisah berakhir derita Hai rindu Cepatlah bersemayam kembali Tak usah muncul merajai hati yang kosong Tidak baik !

hanya saja takdirnya memang begitu

ada beberapa cerita yang tak bisa hilang dari ingatan ada beberapa sorotan mata penuh kebencian yang jika teringat akan membuat diri terguncang ada beberapa baris kalimat yang pernah dikeluarkan mulut yang merasa diri lebih suci menjadi teriakan penuh minta ampun itu sebuah kengerian seperti sebuah cambuk yang mungkin sakitnya tak akan terlupa seumur hidup lalu ada saat dimana diri dihadapkan pada persidangan membuat sebuah pengakuan dan diujung kehancuran lalu ada seorang malaikat tanpa sayap yang dalam hatinya entah mengukir apa namun yang keluar apa kalian berpikir untuk sesuatu yang panjang? masa depan gitu? entah itu keyakinan, entah itu ingin keluar dari persidangan anggukan kepala menjadi sebuah jawaban tidak sungguh, itu tidak benar dan tidak berlangsung lama bukan bukan karena pribadinya hanya saja takdirnya memang begitu bisa berkilah apa lagi jika memang TAKDIR?