Si Penguasa Jalanan Jakarta [1]
Asap kendaraan bukan lagi menjadi hal yang mengusikmu, tapi menjadi candu. Ditemani terik matahari yang kadang tiba-tiba saja menjadi awan hitam, hujan deras dan halilintar. Lagi, tidak apa. Mereka sudah menjadi candu. Dengan sepeda onthel tua, sudah berkarat, tapi masih kuat, kau kayuh saja, menelusuri jalan raya ditemani mobil mewah dari si orang kaya. Rantai yang berulang kali kau lapisi oli hitam berhasil membantumu mengalahkan jalanan yang sebenarnya tidak menerima pijakanmu lagi. Dua kantung kain besar di sebelah kanan dan kiri bagian belakang onthelmu juga sudah lusuh, coklat karena debu. Ada penutup kantung berwarna senada yang awalnya memiliki kancing tapi kini hanya teronggok lemah menutup barang di dalam kantung itu. Kau? Mulai tua dan keriput, tidak ada lagi otot yang dahulu membuatmu gagah. Warna kulitmu yang coklat kini menjadi hitam legam. Dengan topi bundar dan kemeja batik kebanggaanmu, kau masih menantang Jakarta. Seperti hari-hari sebelumnya ... Sudah jam 4 pa...