Kerinduan di Akhir Senja [2]
Kami biasa bertemu setiap pagi di depan rumah sakit itu. Biasanya kalau dia yang sampai duluan, dia pasti akan mengabariku. Dan kalau aku sampai duluan, aku akan marah-marah menyuruhnya agar cepat sampai. Yang lebih menarik lagi jika kami secara kebetulan bisa sama-sama, saling melihat tapi dari angkot yang berbeda. Kami akan merasa saling terpacu siapa yang pertama kali akan sampai. Padahal kan itu semua tergantung supir angkot yang kami naiki. Dan aku lebih bahagia jika angkotku bisa membuat aku sampai terlebih dahulu. Kami akan jalan kaki bersama dari dalam rumah sakit menuju sekolah, intinya mencari jalan paling singkat agar bisa sampai lebih cepat. Selama perjalanan kadang kami hanya diam. Kadang dia tiba-tiba meninjuku atau menendangku sebagai tanda sayang. Agak aneh memang. Aku akan mempercepat langkahku jika gerbang sekolah mulai ditutup. Dan dia... seperti biasa. Dia tetap jalan santai. Kadang jika aku merasa kesal, aku akan berlari meninggalkannya tak peduli. Jika akhirnya t...